Suara.com - Seorang ibu bernama Kanti Utami di Brebes, Jawa Tengah, tega menggorok ketiga anaknya. Satu di antaranya tewas, sedangkan dua lainnya masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat luka berat.
Terkait ini, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra mengatakan, bahwa akan ada intervensi pendampingan terhadap kedua anak yang menjadi korban dari aksi keji yang dilakukan sang ibu.
"Apakah ada yang mengintervensi untuk pendampingan? Tentu saja ini akan menjadi tindak lanjut bersama, untuk mendukung kerja kerja kepolisian, juga kerja kerja pendampingan, dengan ketersediaan psikolog, Peksos (Pekerja Sosial) Tim Reaksi Cepat, Satgas PPA (Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak)," ujar Jasra kepada Suara.com, Senin (21/3/2022) malam.
Jasra menyebut pihaknya juga akan melakukan pengawasan dan penguatan langkah terbaik pasca lepasnya pengasuhan.
"KPAI tentu akan melakukan pengawasan dan bersinergi untuk menguatkan langkah langkah terbaik, pasca terlepasnya pengasuhan," ucap dia.
Terkait pengasuhan anak, lanjut Jasra, kuasa asuh ibu harus dicabut. Karena kata dia, sudah tidak layak mengasuh anak anaknya.
"Untuk sementara sambil proses hukum, tentu anak anak harus di tempat yang aman. Namun karena belum tahu kondisi keluarga besarnya, tentu saja kepolisian bisa sementara menempatkan anak di lembaga yang biasa bekerjasama," ungkapnya.
Jasra menyebut pekerja sosial dalam pendampingan anak, diharapkan melakukan serangkaian penilaian individu dalam hal pengasuhan anak.
Hal tersebut seraya menunggu kepolisian bersama pendamping yang lain mentraking keluarga tersebut.
Baca Juga: Ibu Gorok Anak di Brebes, KPAI: Tampaknya Depresi Sudah Lama
"Apakah ada keluarga yang bisa continuum care, dalam arti pengasuhan lanjutan. Dalam PP Pengasuhan Anak diharapkan Peksos melakukan serangkaian asesmen, sebelum diputuskan tinggal di mana. Termasuk memastikan kesiapan ayah untuk melanjutkan pengasuhan dari 2 anak yang masih dalam perawatan rumah sakit," papar Jasra.
Lebih lanjut, Jasra mengatakan untuk upaya pencegahan dibutuhkan payung regulasi setingkat Undang-Undang. Hal tersebut untuk menyadarkan peran berbagai pihak saat proses hukum.
"Upaya pencegahan, sekali lagi, kita sedang bicara situasi keluarga Indonesia, yang sangat beragam pengasuhannya. Sehingga butuh payung regulasi setingkat UU," kata Jasra.
"Untuk menyadarkan peran berbagai pihak, baik yang terdekat keluarga, tetangga, sekolah, lingkungan, rumah sakit, saat proses hukum, bahwa fungsi pengasuhan harus dihidupkan di tengah masyarakat," sambungnya.
Jasra menyebut pengasuhan bersama harus hidup di Indonesia. Sebab jika tidak ada yang merasa bertanggung jawab, maka anak anak akan terus menjadi korban.
Menurutnya, para korban seperti anak-anak, tidak bisa berbicara sendiri, karena pelaku kekerasan adalah orang yang mereka sayangi dan percaya.
"Apalagi kalau ada unsur kasihan anak karena ibu ditinggal suami. Sekali lagi anak rentan dalam keluarga keluarga seperti ini, tidak bisa ditinggal sendirian. Untuk itu payung regulasi pengasuhan sangat penting, agar menjadi kerja besar dalam wewenang yang besar untuk intervensi," katanya.
Sebelumnya diberitakan, peristiwa memilukan terjadi di Kabupaten Brebes, tepatnya di Desa Tonjong, Kecamatan Tonjong, Minggu (20/3/2022). Seorang ibu diduga menggorok leher tiga anaknya. Satu di antaranya tewas.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 05.00 WIB. Pelaku yakni Kanti Utami (40), warga Dukuh Sokawera, Desa Tonjong.
Kanti diduga menggorok tiga anak kandungnya,ATR (7) KSZ (10), dan E (5) di dalam rumahnya.
Salah satu tetangga pelaku, Novi (35) menuturkan, peristiwa terjadi selepas Salat Subuh. Saat itu dia dan sejumlah tetangga pelaku yang lain mendengar teriakan minta tolong bibi korban, Hamidah, dari dalam rumah pelaku.
"Tadi habis salat Subuh, Mbak Midah yang satu rumah gedor-gedor pintu kamar, minta tolong. Kita tetangga akhirnya langsung ke situ dan buka paksa pintu, terus lihat anak-anak kondisinya sudah begitu (terluka)," tuturnya, Minggu (20/3/2022).
Menurut Novi, dari tiga anak pelaku yang ditemukan di dalam kamar, salah satu di antaranya kondisinya sudah meninggal dengan luka di bagian leher.
"Anaknya ada tiga. Tiga-tiganya luka. Ada yang di leher, ada yang di bawah leher.
Yang satu sudah meninggal," ungkapnya.
Novi mengaku tak mengetahui motif atau permasalahan yang memicu pelaku tega menggorok tiga anaknya sendiri. Dia menyebut pelaku adalah sosok yang tertutup.
"Tidak tahu kalau ada masalah. Orangnya kurang bergaul, tertutup. Dia di rumah sama anak-anaknya. Suaminya di Jakarta," ujarnya.