Suara.com - Aksi Rara Isti Wulandari yang mendunia setelah beraksi menjadi pawang hujan di ajang MotoGP Mandalika Minggu (20/3/2022) kemarin juga ramai-ramai disorot oleh pimpinan hingga anggota DPR di Komisi VII.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily dari Fraksi Partai Golkar turut menanggapi kehadiran pawang hujan tersebut menjadi salah satu dari keunikan MotoGP Mandalika yang ada di Indonesia. Keunikan itu lanjut Ace tidak ada di negara lain yang juga menyelenggarakan MotoGP.
"Tentu bagi sebagian pihak, ada yang tidak percaya dengan pawang hujan. Namun, faktanya praktik seperti ini dinilai mampu memindahkan hujan dari satu tempat ke tempat lain," kata Ace kepada wartawan, Senin (21/3/2022).
Ace menganggap, bagi pihak yang tidak percaya pawang hukan pasti akan mempertanyakan hal seperti ini karena dinilai irrasional. Tetapi sebaliknya ada pihak yang juatru menilainya sebagai sesuatu yang sifatnya metafisik.
Baca Juga: Tak Hanya MotoGP Mandalika, Louis Vuitton Pernah Berkali-kali Pakai Jasa Pawang Hujan
"Sebagai ikhtiar, tentu harus kami hormati. Ini bagian dari cara kearifan lokal khas Indonesia," ujar Ace.
Sementara itu, anggota Komisi VIII DPR Fraksi PKS Bukhori Yusuf mengkritisi penggunaan pawang hujan dalam ajang internasional MotoGP di Mandalika, Nusa Tenggara Barat.
Menurut dia penggunaan pawang hujan tersebut menggelikan di tengah gembar-gembor pemerintah akan kecanggihan teknologi. Mulai dari industri 4.0 hingga metaverse.
"Geli saja karena sepertinya percaturan antardukun dengan teknologi, padahal kita sudah di abad modern dan pinter-pinter lagi," kata Bukhori kepada wartawan, Senin (21/3/2022).
Menurut dia, seharusnya pemerintah maupun pihak terkait harus mengedapankan sains dan teknologi ketimbang hal-hal berbau klenik. Terlebih jika menyangkut acara-cara yang berskala internasional, semisal MotoGP.
Baca Juga: Video Lawas UAS Kembali Viral, Boleh Gunakan Jasa Pawang Hujan, Tapi Ada Syaratnya
Pemakaain sains dan teknologi itu juga diharapkan diutamakan agar selaras dan tidak bertolak belakang dengan pernyataan pemerintah menyoal metaverse dan perkembangan teknologi.
"Ya seharusnya mengedepankan teknologi daripada dukun. Ya teknologi dan agama tidak bertentangan," kata Bukhori.