Suara.com - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bicara terkait persamaan antara perhelatan MotoGP di Sirkuit Mandalika dan Formula E yang rencananya akan digelar di Ancol, Jakarta.
Juru bicara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Sigit Widodo, menyebut event internasioanl tersebut sama-sama memerlukan pawang.
“Keduanya sama-sama perlu pawang. Kalau MotoGP perlu pawang hujan, Formula E perlu pawang anggaran,” ujar Sigit, Minggu (23/3/2022).
Sigit menyampaikan perihal ini mengomentari aksi Rara Isti Wulandari yang viral setelah menghalau hujan yang mengganggu kegiatan MotoGP hari ini.
Baca Juga: Nonton Langsung, Anies: MotoGP Mandalika Sukses Harumkan Indonesia, Harus Didukung!
“Warga Jakarta perlu pawang anggaran untuk mengusir tuyul-tuyul yang mengganggu uang rakyat,” ujarnya.
Menurutnya sejak awal perencanaan Formula E, tuyul-tuyul sudah mengganggu uang rakyat yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih berguna untuk warga Jakarta di masa pandemi Covid-19.
“Formula E tidak pernah masuk RPJMD, tiba-tiba bisa masuk APBD-P 2019. Ajaibnya lagi, Gubernur Anies sudah memutuskan untuk berutang Rp 180 miliar dan membayar commitment fee sebesar Rp 560 miliar sebelum APBD-P itu disahkan, “ ungkap Sigit.
Keanehan anggaran terus berlanjut sepanjang perencanaan Formula E.
“Ketika DPRD DKI Jakarta menolak membiayai lagi Formula E, Pemprov DKI yang tadinya meminta Rp 2,3 triliun untuk commitment fee 5 tahun tiba-tiba menurunkan jadi Rp 560 miliar, sama dengan jumlah yang diakui sudah ditransfer untuk commitment fee,” ungkap Sigit.
Baca Juga: 7 Fakta Menarik Usai Miguel Oliveira Juara MotoGP Mandalika 2022
Saat Sirkuit Formula E akan dibangun, ia menyebut keanehan kembali muncul. Tiba-tiba Jakpro mengaku sudah melaksanakan tender untuk pembangunan sirkuit.
“Seketika muncul nama PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama sebagai pemenang tender, padahal di web e-procurement Jakpro hanya disebutkan terjadinya gagal tender,” kata Sigit.
Keanehan terakhir, masih menurut Sigit, terjadi saat pelaksanaan pembangunan sirkuit.
“Biaya yang sebelumnya hanya Rp 50 miliar untuk pembuatan lintasan sirkuit, tiba-tiba dinaikkan jadi Rp 60 miliar. Padahal kontraktor sudah menghemat biaya dengan mengganti bahan lapisan bawah lintasan dari besi menjadi bambu,” ujar Sigit heran.
Dengan banyaknya keanehan ini, Sigit berharap warga Jakarta bisa punya pawang sehandal Rara.
“Mbak Rara datang, hujan menyingkir. Warga Jakarta butuh pawang anggaran yang begitu datang, tuyul-tuyul anggaran langsung menyingkir,” pungkasnya.