Luhut Sebut Punya Big Data 110 Juta Warga Ingin Pemilu Ditunda, Pakar: Saya Ketawa, Kok Kita Semua Dianggap Bodoh?

Rabu, 16 Maret 2022 | 12:20 WIB
Luhut Sebut Punya Big Data 110 Juta Warga Ingin Pemilu Ditunda, Pakar: Saya Ketawa, Kok Kita Semua Dianggap Bodoh?
Ilustrasi politisi gaungkan penundaan pemilu 2024. (Suara.com/Ema Rohimah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar Hukum Tata Negara, Bivitri Susanti, mengatakan bahwa masyarakat jangan mau dibodoh-bodohi terkait dengan adanya klaim big data Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan yang menyebut mayoritas masyarakat ingin Pemilu 2024 ditunda.

Bivitri mengaku tergelitik ketika mendengar Luhut menyampaikan adanya big data soal 110 warga atau netizen ingin Pemilu 2024 ditunda.

"Yang paling saya tertawa sambil marah dengar 110 juta orang itu klaimnya. Saya ketawa karena kok kita semua dianggap bodoh atau gimana ya?," kata Bivitri dalam diskusi bertajuk 'Demokrasi Konstitusional Dapam Ancaman', Rabu (16/3/2022).

Menurutnya, lembaga yang memang fokus terhadap persoalan internet yakni Drone Emprit sudah menyebut klaim 110 juta Luhut tersebut tidak mungkin terjadi.

Baca Juga: Luhut Sebut Puasa dan Lebaran Tahun Ini Bisa Dijalankan Lebih Bebas, Ini Syaratnya

"Karena percakapan di twitter saja 10-ribu sekian yang hanya di mention. Facebook pengguma kita sekitar 7 ribuan. Jadi kita disesatkan oleh data itu yang disampaikan di sebuah channel youtube yang saya yakin tidak volunterism seperti kita tapi ada biayanya. Dan dengan itu kita sudah ditunjukkan logical fallacy, seakan-akan karena yang mengatakan seoramg menko maka itu bisa dianggap benar, itu kan logical fallacy," tuturnya.

Lebih lanjut, Bivtri mengatakan tidak bisa atas nama mayoritas kemudian melanggar semua aturan yang ada. Apalagi yang dilanggar merupakan aturan konstitusi.

"Kalau atas nama angka ratusan juta ada yang bilang semua orang yang tidak pakai masker bisa dipenjara, kan melanggar HAM. Masa kita mau lakukan atas nama mayoritas?," tuturnya.

Untuk itu, Bivitri menyebut klaim big data tersebut masih bisa diperdebatkan. Ia mengajak masyarakat agar tidak dibodoh-bodohi dengan klaim-klaim semacam tersebut.

"Jadi tidak selamanya klaim mayoritas, apalagi mayoritasnya netizen dan klaimnya bisa diperdebatkan itu bisa digunakan utk menginjak-nginjak konstitusi. Karena itu kita harus bergerak bersama-sama supaya jangan dibodoh-bodohi terus. Ngapain 2045 kita bicara industry blabla tapi kalau kita adik-adik kita dibodoh-bodohi dengan cara ini, apa yang mau dicapai 2045?," tandasnya.

Baca Juga: Luhut Ditantang Buka Big Data Soal Mayoritas Warga Ingin Pemilu Ditunda, PPP: Kalau Basicnya Medsos Patut Dicurigai!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI