Big Data 110 Juta Warga Dukung Tunda Pemilu, PDIP: Pak Luhut Harus Melakukan Klarifikasi

Siswanto Suara.Com
Senin, 14 Maret 2022 | 15:43 WIB
Big Data 110 Juta Warga Dukung Tunda Pemilu, PDIP: Pak Luhut Harus Melakukan Klarifikasi
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan . ANTARA/HO-Kemenko Kemaritiman dan Investasi/aa.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wacana penundaan pemilu 2024 mereda dalam beberapa waktu terakhir. Tapi beberapa hari ini kembali mengemuka setelah muncul pernyataan Menteri Luhut Binsar Pandjaitan yang kemudian menuai polemik. Luhut menyebut ada big data 110 juta warga yang menginginkan penundaan pemilu.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mempertanyakan kapasitas Luhut berbicara mengenai isu itu.

"Menurut saya Pak Luhut harus melakukan klarifikasi, beliau berbicara dalam kapasitas apa? Karena kalau berbicara politik, hukum dan keamanan itukan ranah menkopolhukam. Kalau berbicara politik demokrasi, tatanan pemerintahan, itu mendagri,” kata Hasto, Senin (14/3/2022).

Luhut, menurut Hasto, mesti mempertanggungjawabkan pernyataannya secara akademis. Tujuannya supaya pernyataan itu tidak berpotensi membelah masyarakat.

Baca Juga: Sekjen PDIP Sentil Luhut soal Big Data Tunda Pemilu: Kapasitas Beliau Apa? Itu Ranahnya Menko Polhukam-Mendagri!

Hasto mengingatkan menjadi seorang pembantu Presiden harus tetap fokus sesuai mandat yang diberikan.

"Beliau mandatnya apa dalam menyampaikan hal itu dan ini berbeda dengan pernyataan menkopolhukam," kata Hasto.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD beberapa waktu yang lalu menyatakan pemerintah tidak pernah membahas wacana usulan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden. Tapi sejumlah kalangan menilai pernyataan Luhut tidak tegas menolak usulan penundaan pemilu.

Hasto mengatakan big data mestinya digunakan untuk persoalan yang mendesak, misalnya terkait kebijakan harga minyak goreng dan kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.

Hasto menyarankan  kepada Luhut untuk melakukan refleksi.

Baca Juga: Politisi PKS Sindir Luhut, Minta Jangan Bermanuver: Ya Istirahat Saja

Hasto mengatakan pembantu Presiden atau menteri  harus melihat apa kehendak rakyat.

Hasto menekankan seharusnya politik kekuasaan berpihak pada rakyat, bukan sekelompok elite, kepentingan ekonomi, dan kepentingan politik.

"Maka tidak boleh ada menteri yang punya pendapat yang berbeda. Presiden sudah berulang kali mengatakan sikapnya secara tegas dan pemerintah sudah sepakat pemilu tanggal 14 Februari 2024. Lalu kenapa ada pembantu presiden yang membuat wacana yang tidak menyehatkan di dalam situasi politik nasional?” kata Hasto.

Seperti yang dilakukan sejumlah politikus lainnya, politikus PDI Perjuangan Masinton Pasaribu ikut mempertanyakan  sumber big data yang dipakai Luhut.

"Sumbernya big data atau big mouth sih? #LordBicaraPenundaan," kata Masinton dalam akun media sosial.

Dalam wawancara dengan jurnalis Suara.com, Masinton menyarankan kepada Luhut untuk membuka data yang disampaikannya.

"Sebagai bentuk transparansi kepada publik, baiknya klaim big data tersebut digelar secara terbuka, agar publik tidak mempertanyakan klaim tersebut sumbernya big data atau big mouth?" kata anggota Komisi XI DPR.

Hasto mengatakan PDI Perjuangan sebagai partai pengusung pemerintah bertugas membangun energi bersama untuk segera bangkit menjadi pemimpin di kawasan Asia dan dunia dalam mengatasi pandemi.

"Pak Jokowi sudah menunjukkan banyak prestasi dan juga direction yang sangat tepat untuk dilakukan oleh seluruh jajaran kabinetnya,” kata dia. [Rangkuman laporan Suara.com]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI