"Kami masih harus bertahan. Kami masih harus berjuang," kata Zelensky dalam video, Sabtu.
Dia mengatakan sekitar 1.300 tentara Ukraina telah tewas dan mendesak Barat untuk lebih terlibat dalam negosiasi damai.
Amerika Serikat mengatakan akan menambah bantuan hingga 200 juta dolar (Rp2,87 triliun) dalam bentuk senjata ringan, anti tank dan anti pesawat bagi Ukraina. Para pejabat Ukraina sebelumnya telah meminta bantuan militer lebih banyak.
Zelensky membahas situasi perang dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang mendesak Putin untuk memerintahkan gencatan senjata segera.
Menanggapi pembicaraan itu lewat sebuah pernyataan, Kremlin sama sekali tidak menyebut gencatan senjata.
Pejabat kepresidenan Prancis mengatakan: "Kami tidak melihat adanya niat dari pihak Putin untuk mengakhiri perang."
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menuduh AS berupaya menambah ketegangan. Dia mengatakan situasinya menjadi semakin rumit oleh konvoi bantuan militer Barat ke Ukraina. Konvoi bantuan itu dianggap oleh Rusia sebagai "target (serangan) yang sah".
Dalam komentarnya yang dikutip kantor berita Tass, Ryabkov tidak menyebut satu pun ancaman secara spesifik. Serangan apa pun terhadap konvoi seperti itu sebelum mencapai Ukraina akan berisiko memicu perang yang lebih luas.
Pembicaraan krisis antara Moskow dan Kyiv telah dilanjutkan lewat panggilan video, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip kantor berita Rusia RIA.
Baca Juga: Kehancuran Kota Mariupol Setelah Gempuran Rusia dalam Rangkaian Foto
Peskov tidak memberikan rincian, tapi Menlu Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Kiev tak akan menyerah atau menerima ultimatum apa pun. [Reuters/Antara]