Suara.com - Jerman dan AS sepakat bahwa pengiriman pesawat tempur MiG Polandia ke Ukraina akan menjadi langkah eskalasi. Presiden Ukraina Zelenskyy telah memohon kepada NATO untuk memberikan lebih banyak senjata.
Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Rabu (09/03) mengatakan dia tidak mendukung usulan dari Polandia untuk mengirimkan jet tempur MiG-29 era Soviet ke Ukraina melalui Pangkalan Udara Ramstein Amerika Serikat di Jerman.
Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers di Berlin, bersama Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
Scholz mengatakan Jerman telah mengirim senjata pertahanan dan dukungan keuangan serta bantuan kemanusiaan dalam jumlah yang "signifikan" ke Ukraina.
Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina Jadi Berkah untuk Pebalap F1 Kevin Magnussen, Kenapa?
"Selain itu, kami harus berpikir sangat hati-hati tentang apa yang akan kami lakukan, ini tentu saja tidak termasuk jet tempur,” katanya.
Sementara Trudeau mengatakan Kanada akan terus mengirim peralatan dan senjata ke Ukraina dengan bekerja sama bersama mitranya. "Kami ingin meredakan konflik, kami ingin mengakhiri konflik ini," ujar Trudeau.
Apa usulan Polandia?
Pada hari Selasa (08/03), Polandia menyampaikan rencananya untuk membawa 28 pesawat tempur MiG-29, yang familiar bagi pilot Ukraina, ke pangkalan udara AS di Jerman.
Harapannya pesawat tersebut akan diserahkan kepada Angkatan Udara Ukraina. Sebagai imbalannya, AS akan memasok Polandia dengan jet buatan AS yang memiliki "kemampuan yang sama", seperti F-16 yang sudah menjadi andalan Angkatan Udara Polandia.
Baca Juga: Terpapar Konten Perang Rusia-Ukraina Terus-terusan Berdampak Buruk pada Psikologis, Kok Bisa?
Namun, sebelum Polandia menyampaikan gagasan itu dengan pemerintahan Biden, Pentagon sudah terlebih dahulu menolak.
Pada hari Rabu (09/03), Polandia tampaknya menolak usulan tersebut, Perdana Menteri Mateusz Morawiecki mengatakan keputusan untuk menyediakan jet tempur Polandia ke Ukraina perlu dibuat bersama oleh anggota NATO.
"Kami tidak setuju untuk memasok pesawat sendiri karena itu harus menjadi keputusan seluruh NATO," kata Morawiecki dalam konferensi pers di televisi Polandia.
"AS tidak ingin pesawat-pesawat ini datang ke Ukraina dari pangkalan-pangkalan Amerika," kata Penasihat Urusan Luar Negeri Kepresidenan Polandia, Jakub Kumoch, kepada penyiar TVP Info.
"Polandia siap bertindak, tetapi hanya dalam kerangka aliansi, dalam kerangka NATO," tambahnya.
Mengapa Barat waspada?
Sementara itu, pengiriman MiG-29 akan menjadi dukungan moral bagi Ukraina, tetapi juga berisiko meningkatkan kemungkinan perang menyebar ke luar negeri.
Rusia telah memperingatkan negara dan pihak lain untuk tidak terlibat dalam konflik.
Kremlin mengatakan pada hari Rabu (09/03) bahwa tawaran jet tempur Polandia "sangat tidak diinginkan dan skenario yang berpotensi berbahaya."
Muncul pula pertanyaan, mengenai apakah pesawat akan cukup untuk memengaruhi jalannya pertempuran di Ukraina. Jumlah pesawat relatif kecil dan MiG-29 juga kalah dengan pesawat Rusia yang lebih canggih.
Mereka mungkin dengan mudah menjadi sasaran pilot Rusia dan rudal Rusia.
Bagaimana posisi Ukraina?
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari Selasa (08/03) mengecam apa yang disebutnya sebagai "janji" Barat yang tidak ditepati untuk melindungi Ukraina dari serangan Rusia.
Dia mengatakan jaminan yang diterima sejauh ini belum terpenuhi. Zelenskyy mengatakan pada hari Rabu (09/03) bahwa dunia internasional bertanggung jawab atas "bencana kemanusiaan" massal jika tidak menyetujui zona larangan terbang untuk melindungi negaranya.
"Kapan ada keputusan? Lihat, kita sedang berperang!" Zelenskyy mengatakan dalam sebuah video di saluran Telegram-nya.
"Kami meminta Anda sekali lagi untuk memutuskan sesegera mungkin. Kirimkan kami pesawat."
Menetapkan zona larangan terbang di atas Ukraina yang tengah diupayakan Zelenskyy, telah ditolak oleh Washington dan NATO.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam "konsekuensi kolosal dan bencana" bagi Eropa dan dunia yang lebih luas, jika zona larangan terbang diterapkan.
Kunjungan Wakil Presiden AS Wakil Presiden AS Kamala Harris melakukan perjalanan ke Polandia pada hari Rabu (09/03) untuk berterima kasih kepada Warsawa karena telah menerima ratusan ribu orang Ukraina yang melarikan diri dari negara mereka setelah invasi Rusia.
Dia juga mengunjungi Rumania untuk meyakinkan kedua negara akan dukungan Washington.
Bucharest dan Warsawa, anggota paling timur NATO semakin waspada terhadap agresi Rusia yang meningkat di kawasan itu. Mereka masing-masing berbagi perbatasan dengan Ukraina, di mana ribuan pengungsi tiba setiap hari.
Harris akan berbicara dengan pengungsi Ukraina di Polandia dan akan membahas masalah terkait perang dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, yang juga mengunjungi Warsawa setelah bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin pada hari Rabu (09/03). bh/ha (AFP, AP, Reuters)