Suara.com - Kandidat presiden Korea Selatan dari oposisi konservatif, Yoon Suk-yeol, meraih kemenangan dalam pemilihan presiden yang sengit di tengah gelombang ketidakpuasan publik atas kebijakan ekonomi hingga skandal korupsi.
Kemenangan Yoon Suk-yeol dalam pemilihan umum yang sengit, Rabu (09/03), menandai perubahan haluan bagi blok konservatif utama yang dikenal sebagai Partai Kekuatan Rakyat, yang telah berkumpul kembali setelah momen pemilihan cepat pada 2017 atas pemakzulan dan penggulingan Presiden Park Geun hye saat itu.
Yoon telah berjanji untuk memberantas korupsi, meningkatkan keadilan, dan menangani masalah ekonomi.
Tantangan yang akan dihadapinya adalah menyatukan negara berpenduduk 52 juta jiwa yang terbelah oleh perbedaan gender dan generasi, serta meningkatnya ketidaksetaraan sosial, dan melonjaknya harga rumah.
Baca Juga: Korea Selatan Sita Kapal Nelayan Korea Utara yang Langgar Perbatasan
"Harga real estat, kebijakan perumahan, pekerjaan, dan kebijakan pajak akan menjadi agenda domestiknya,” kata Duyeon Kim, pakar Center for a New American Security yang berbasis di Seoul.
Yoon perlu memulihkan kepercayaan publik pada lembaga-lembaga Korea dan kemungkinan akan melakukan "pembersihan birokrasi” besar-besaran dengan menindaklanjuti janji kampanye untuk menyelidiki korupsi pemerintahan Moon, tambahnya.
Kurangnya pengalaman politik dinilai sebagai aset Yoon (60), menggeser Lee Jae-myun dari Partai Demokrat kiri-tengah yang berkuasa menggantikan Moon, yang masa jabatannya selama lima tahun akan berakhir pada Mei 2022.
Yoon yang merupakan seorang mantan jaksa agung awalnya ditunjuk oleh Moon sebelum masa jabatannya habis. Kurangnya pengalaman politik Yoon dilihat sebagai aset.
"Saya akan memperhatikan mata pencaharian masyarakat, memberikan layanan kesejahteraan yang hangat kepada yang membutuhkan, dan melakukan upaya terbaik agar negara kita berfungsi sebagai anggota komunitas internasional dan dunia bebas yang bangga dan bertanggung jawab,” kata Yoon pada upacara kemenangan bersama para pendukungnya.
Baca Juga: Sama seperti ke Rusia, Korea Selatan Bakal Perketat Pengendalian Ekspor terhadap Belarus
Yoon mengungguli Lee Jae-myung dari Partai Demokrat dengan 48,6%. Pengumuman resmi dijadwalkan akan dilakukan pada Kamis (10/03) pagi waktu setempat.
Hubungan dengan Korea Utara dan AS Kekalahan Lee menimbulkan keraguan pada warisan Moon, termasuk upaya khasnya untuk berbaikan dengan Korea Utara, yang sebagian besar terhenti sejak pembicaraan gagal pada 2019.
Presiden baru kemungkinan akan menghadapi krisis segera dengan Pyongyang, yang tampaknya bersiap meluncurkan satelit spionase dan telah menyarankan untuk melanjutkan pengujian rudal balistik antarbenua jarak jauh.
Di sisi lain, Yoon telah bersumpah untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Amerika Serikat dalam menghadapi peningkatan aktivitas rudal oleh Korea Utara dan persaingan dengan Cina yang merupakan mitra dagang terbesar Korea Selatan.
Gedung Putih memberi selamat kepada Yoon, dengan mengatakan Presiden Joe Biden berharap bisa bekerja sama dengannya untuk meningkatkan aliansi. Yoon dan Biden berbicara melalui telepon pada Kamis (10/03), Gedung Putih menambahkan.
"Kita mengharapkan aliansi berjalan lebih lancar dan selaras untuk sebagian besar masalah Korea Utara, Cina, regional, dan global,” kata Kim dari Center for a New American Security.
Merangkul oposisi
Yoon mengaku akan bekerja dengan partai-partai oposisi untuk memulihkan politik yang terpolarisasi dan mendorong persatuan. "Kompetisi kami sudah berakhir untuk saat ini,” katanya dalam pidato penerimaan, berterima kasih seraya menghibur Lee dan saingan lainnya.
" Kita harus bergandengan tangan dan bersatu menjadi satu untuk rakyat dan negara.” Lee telah mengakui kekalahan dan memberi selamat kepada lawannya.
"Saya melakukan yang terbaik, tetapi gagal memenuhi harapan Anda,” katanya pada konferensi pers, menyalahkan "kekurangannya.”
PM Jepang memberi selamat Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Kamis (10/03) menyambut baik terpilihnya Yoon Suk-yeol sebagai Presiden Korea Selatan dan berharap dapat bekerja sama dalam membangun kembali hubungan yang lebih sehat dengan tetangganya.
"Saya mengucapkan selamat yang tulus atas terpilihnya dia,” kata Kishida kepada wartawan. "Khususnya sekarang ketika komunitas internasional menghadapi perubahan besar, hubungan Jepang-Korea Selatan yang sehat adalah … sangat diperlukan,” katanya. rw/ha (Reuters)