Suara.com - Rusia meluncurkan serangan udara yang menghancurkan rumah sakit bersalin di Mariupol dan mengakibatkan 17 orang terluka. Selain itu, Gedung Putih memperingatkan bahwa Rusia bisa menggunakan senjata kimia atau biologi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam vlognya menyebut ada 35.000 warga sipil yang dievakuasi dari sejumlah kota pada Rabu (09/03).
Tiga koridor kemanusiaan telah memungkinkan penduduk untuk meninggalkan kota timur laut Sumy, kota tenggara Enerhodar, dan daerah sekitar ibu kota Kyiv.
Zelenskyy berharap lebih banyak akses terbuka pada Kamis (10/03) dengan untuk mengevakuasi warga dari kota-kota tenggara Mariupol dan Volnovakha, serta kota timur Izium.
Baca Juga: Sniper Paling Terkenal di Dunia Bantu Ukraina Perang Lawan Rusia
Zelenskyy serukan penguatan sanksi Barat Zelenksyy meminta negara-negara Barat untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia setelah serangan udara menghancurkan sebuah rumah sakit bersalin di Mariupol.
"Sebuah genosida Ukraina sedang terjadi,” kata Zelenskyy. Dia menggambarkan serangan di rumah sakit sebagai "kejahatan perang.” Setidaknya 17 orang terluka dalam serangan tersebut, termasuk wanita hamil.
Dia menambahkan bahwa orang-orang, termasuk anak-anak, terjebak di bawah puing-puing setelah serangan itu.
Mariupol telah diblokade oleh pasukan Rusia selama sembilan hari. Zelenskyy menegaskan bahwa pengepungan ini "di luar kekejaman.”
AS tuding Rusia gunakan senjata kimia Dana Moneter Internasional (IMF) memberi bantuan sebesar $1,4 juta (Rp19,6 triliun) untuk membantu Ukraina mengatasi "krisis kemanusiaan dan ekonomi yang masif.”
Baca Juga: Inggris Ajak Negara-negara Barat untuk Lebih Keras ke Presiden Rusia Vladimir Putin
Rusia dan Ukraina mengumumkan pergeseran ekspor di tengah krisis. Para pengamat mengatakan bahwa gangguan terhadap ekspor gandum Rusia dan Ukraina bisa menghancurkan negara-negara Afrika Tengah yang sangat bergantung pada kedua pemasok tersebut.
Selain itu, Gedung Putih memperingatkan bahwa Rusia bisa menggunakan senjata kimia atau biologi sebagai bagian dari serangan "bendera palsu” di Ukraina. rw/ha (AP, AFP, Reuters, dpa)