Turis Rusia di Bali Mulai Kehabisan Uang karena Sanksi Perang di Ukraina

SiswantoABC Suara.Com
Kamis, 10 Maret 2022 | 15:11 WIB
Turis Rusia di Bali Mulai Kehabisan Uang karena Sanksi Perang di Ukraina
Sejumlah turis asing mengunjungi Pantai Sanur, di Denpasar, Bali. [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Turis asal Rusia, Konstantin Ivanov, mencoba menarik uang di salah satu mesin ATM di Bali, tetapi ia gagal melakukan transaksi. Ternyata layanan kartu ATM dari bank Rusia telah terblokir.

Sanksi yang dijatuhkan oleh berbagai negara Barat terhadap sektor perbankan Rusia atas invasinya ke Ukraina berdampak pada warga Rusia yang saat ini berada di luar negeri.

Kini mereka hanya dapat mengandalkan transaksi dengan uang tunai atau beralih ke transaksi kripto untuk bertahan hidup.

"Masalah ini sangat merepotkan kami. Kami langsung kehilangan (akses) keuangan kami," kata Konstantin kepada kantor berita Reuters.

Baca Juga: Hari Pertama Penerapan Visa on Arrival, Tujuh Turis Mancanegara Masuk Bali

Pria berusia 27 tahun ini mengatakan, jika akses ke dana mereka di perbankan Rusia benar-benar terblokir, dia ingin mencari penghasilan agar bisa bertahan selama berada di Indonesia.

Kedutaan Besar Rusia di Jakarta telah dimintai komentar namun belum memberikan tanggapan.

Bali telah menjadi tujuan wisata populer di kalangan turis asal Rusia, yang berbondong-bondong ke pulau itu dalam jumlah puluhan ribu sebelum pandemi.

Mereka juga termasuk kelompok turis yang pertama kembali ke Bali ketika perbatasan dibuka akhir tahun lalu.

Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada bulan Januari 2022 tercatat sekitar 1.150 orang Rusia masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Imigrasi Beberkan Beda Visa on Arrival dengan Visa Wisata untuk Turis

Kepada Reuters, manajer salah satu kafe di Bali, Rifki Saldi Yanto, mengatakan turis-turis Rusia yang datang ke tempatnya telah berkurang dalam beberapa hari terakhir. Mereka yang datang kebanyakan membayar dengan uang tunai.

Selain di Bali, saat ini lebih dari 7.000 turis Rusia terkatung-katung di Thailand karena pembatalan penerbangan, jatuhnya nilai mata uang rubel, dan masalah pembayaran. 

Perekonomian Rusia menghadapi krisis terparah sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991, setelah negara-negara Barat mengisolasinya dari sistem keuangan global.

Sistem pembayaran internasional SWIFT telah memutuskan koneksi sejumlah bank Rusia dari jaringannya, sementara layanan kartu kredit Visa dan Mastercard memblokir penggunaan di luar negeri dari kartu bank Rusia mulai 9 Maret 2022.

Isolasi ekonomi terus berlanjut

Dalam laporan Reuters lainnya disebutkan, tekanan terhadap Moskow meningkat pada hari Rabu (09/03) setelah produsen makanan Nestle, produsen rokok Philip Morris dan produsen elektronik Sony menyatakan mundur dari negara itu.

Amerika Serikat (AS) juga sedang mempertimbangkan sanksi terhadap pemasok tenaga nuklir Rosatom sementara Bank Dunia mengatakan Pemerintah Rusia hampir gagal membayar utangnya.

Pemerintahan Presiden Vladimir Putin telah mengambil langkah-langkah untuk menopang perekonomian dan berencana untuk membalas larangan dari AS atas ekspor minyak dan energinya.

Dari sisi diplomasi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tiba di Turki untuk melakukan pembicaraan dengan mitranya pada hari Kamis (10/03).

Ukraina sendiri dikabarkan sedang berusaha agar ada gencatan senjata dan pembebasan wilayahnya dari invasi Rusia.

Moskow menuntut agar Kyiv bersikap netral dan membatalkan ambisi mereka untuk bergabung dengan NATO yang menurut Presiden Putin merupakan ancaman langsung terhadap keamanan Rusia.

Pasukan Rusia telah menguasai wilayah di sepanjang perbatasan timur laut, timur dan tenggara Ukraina. Pertempuran kini terjadi di pinggiran ibu kota Kyiv, sementara kota kedua Ukraina, Kharkiv, terus dibombardir.

Reuters

Diproduksi oleh Farid Ibrahim untuk ABC Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI