Suara.com - Setelah harga minyak dan gas dunia melonjak ke rekor baru, harga gandum juga naik sampai 40 persen minggu lalu. Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama gandum ke Asia dan Afrika, bahan utama untuk mi instan.
Sejak Rusia melancarkan invasi di Ukraina pada 24 Februari, harga-harga di pasar komoditas telah melonjak jauh.
Pasar gandum hari Senin (7/3) mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Maret 2008. Harga jagung dan kedelai juga mencapai level tertinggi sejak September 2012.
Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang sekitar 29% dari ekspor gandum global, serta 19% dari ekspor jagung.
Baca Juga: Harga Minyak Hingga Bahan Mentah Makin Tak Terkendali Pasca Konflik Rusia - Ukraina
Rusia dan Ukraina juga menyediakan 80% ekspor minyak bunga matahari dunia, yang bersaing dengan minyak kedelai.
Petani Ukraina terpaksa mengabaikan ladang mereka karena jutaan orang harus melarikan diri, atau mencoba melawan dan mempertahankan hidup.
Pelabuhan-pelabuhan yang biasanya mengirim gandum dan makanan pokok ke ke seluruh dunia berhenti beroperasi.
Terutama suplai produk gandum yang menjadi bahan pokok untuk membuat roti, mi dan pakan ternak terganggu.
Indonesia importir besar gandum dari Ukraina "Sampai pertempuran di Ukraina berakhir, tidak dapat diharapkan ekspor gandum dan jagung dari Ukraina dan Rusia akan dilanjutkan," kata seorang pedagang Eropa yang menolak namanya disebutkan kepada kantor berita Reuters.
Baca Juga: Dampak Invasi Rusia ke Ukraina Terhadap Warga Sipil: dari Luka Psikologis hingga Sakit Kronis
Permintaan gandum di Uni Eropa pekan lalu melonjak dan diperkirakan akan terus meningkat.
"Dengan beralih secara mendadak pada bahan alternatif, ada kekhawatiran beberapa negara akan memberlakukan pembatasan ekspor untuk menyediakan pasokan domestik mereka sendiri," kata pedagang lain.
Dia menambahkan, beberapa importir besar masih tetap bersedia membeli pada kisaran harga lebih tinggi, karena khawatir harga akan terus naik.
Pemerintah Bulgaria mengatakan akan memperluas cadangan gandum. Hongaria sudah melarang semua ekspor biji-bijian.
Importir gandum utama Aljazair pada hari Minggu (6/3) mengeluarkan tender internasional untuk membeli gandum dari penggilingan.
Gangguan pasokan akan dirasakan hingga ke Indonesia, di mana gandum terutama digunakan untuk membuat mie instan, roti, gorengan dan makanan ringan lain.
Ukraina adalah pemasok gandum terbesar kedua di Indonesia. Tahun lalu Ukraina menyuplai 26% dari kebutuhan gandum yang dikonsumsi masyarakat Indonesia.
"Kenaikan harga mie, pada gilirannya, akan merugikan masyarakat berpenghasilan rendah", kata Kazan Muhri, yang mengepalai divisi penelitian di kementerian perdagangan.
Kenaikan harga pangan "berdampak fatal" bagi kaum miskin Konflik berkepanjangan juga akan berdampak besar di Mesir, pengimpor gandum terbesar dunia. Jutaan orang bergantung pada roti bersubsidi yang terbuat dari biji-bijian yang diimpor dari Ukraina.
"Perang berarti kekurangan suplai, dan kekurangan berarti kenaikan (harga),” kata Ahmed Salah, ayah tujuh anak berusia 47 tahun, di Kairo.
"Setiap kenaikan harga akan menjadi bencana, tidak hanya bagi saya tetapi bagi sebagian besar orang."
Anna Nagurney, profesor rantai pasokan, logistik dan ekonomi di University of Massachusetts Amherst mengatakan, "Gandum, jagung, minyak, padi-padian dan tepung sangat penting untuk ketahanan pangan, terutama di bagian dunia yang lebih miskin."
Mesir, yang biasanya membeli banyak pasokan gandum dari Rusia dan Ukraina, harus membatalkan dua pesanan dalam waktu kurang dari seminggu.
Lonjakan tajam dalam harga gandum secara global akan sangat memengaruhi kemampuan Mesir menjaga harga roti pada tingkat subsidi mereka saat ini.
Sementara petani di Amerika Serikat, pengekspor jagung terkemuka di dunia dan salah satu pemasok gandum utama, sedang mengamati dengan cermat lonjakan ekspor gandum. Di Uni Eropa, para petani juga mengkhawatirkan kenaikan biaya pakan ternak. hp/as (rtr, ap)