"Karena hukum seorang pencari suaka harus diwawancarai dalam waktu 12-18 bulan. tetapi bahkan ribuan pencari suaka menunggu sekitar tujuh tahun untuk wawancara. Kami memiliki ribuan pengungsi yang mereka tunggu sekitar sebelas tahun untuk dimukimkan kembali setelah mendapatkan kartu pengungsi," katanya.
Bahkan, kata Hussein, ada 15 belas pengungsi dari berbagai kota melakukan bunuh diri karena stres akibat kurangnya perhatian dari UNHCR di Jakarta.
"Dalam kurun waktu 2020-2022 lima belas pengungsi dari berbagai kota melakukan bunuh diri karena stres hidup, penantian yang lama, kurangnya perhatian dari UNHCR di Jakarta," ungkap dia
Selain itu, Hussein menegaskan lebih dari satu dekade, pengungsi Afganistan tak pernah mendapat hak asasi manusia. Bahkan, ribuan anak membutuhkan pendidikan.
"Kami telah tinggal di Indonesia selama lebih dari satu dekade. kami tidak pernah memiliki hak asasi manusia. Ribuan anak perlu belajar. Pengungsi tidak diperbolehkan bekerja. Jadi bagaimana kami telah menyediakan biaya sehari-hari kami. Tempatkan saja diri anda," ucapnya.
Karena itu, Hussein mengemukakan, jika pengungsi Afghanistan juga ingin mendapatkan hak hidup.
"Mereka menangani hidup mereka. para pengungsi terjebak di sini. Kita menghadapi ribuan kesulitan. Kami hanya menginginkan hak kami," katanya.
Sebelumnya, Para pencari suaka asal Afghanistan kembali menggelar aksi unjuk rasa damai di depan kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Indonesia, Jalan H.R Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (8/3/2022).
Kedatangan puluhan orang tersebut, untuk menuntut UNHCR agar memberangkatkan para pengungsi ke negara ketiga yang terbebas dari konflik perang.