Suara.com - Duta Besar AS untuk PBB mengatakan dunia harus siap untuk "jalan yang sangat panjang di depan" di Ukraina. Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak untuk meninggalkan Kiev saat pertempuran berkecamuk.
Delegasi Rusia dan Ukraina kembali gagal mencapai hasil signifikan dalam dialog damai putaran ketiga di Belarus yang berlangsung pada Senin (07/03).
Dialog ini merupakan upaya kedua negara dalam mengakhiri konflik bersenjata yang terjadi sejak akhir bulan lalu.
"Harapan tidak tercapai," kata ajudan kepresidenan Rusia Vladimir Medinsky, yang juga bertindak sebagai kepala delegasi Moskow dikutip dari kantor berita Jerman dpa.
Baca Juga: NATO Mulai 'Takut' Hadapi Konflik Ukraina, 40 Persen Kebutuhan Energi Eropa Berasal dari Rusia
Medinsky mengatakan kedua pihak akan melanjutkan pembicaraan dalam waktu dekat.
"Diskusi berlanjut dalam membahas aspek politik dan militer. Namun, kondisinya masih relatif sulit."
Meski gagal mencapai hasil signifikan, delegasi Ukraina mengatakan ada "langkah positif kecil" yang dihasilkan dari pembicaraan tersebut untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke kota-kota di Ukraina.
"Dengan pandangan politik, yang termasuk gencatan senjata dan mengakhiri permusuhan secara umum, pembicaraan intensif terus berlanjut," ujar delegasi Ukraina Mykhailo Podolyak usai pertemuan.
Zelenskyy tuduh Putin halangi upaya evakuasi Sebelumnya, pada dialog damai putaran kedua pada Kamis (03/03), delegasi Rusia dan Ukraina sepakat untuk membuka koridor kemanusiaan di kota-kota yang tengah bertempur agar warga sipil di sana bisa dievakuasi.
Namun, rencana itu gagal terwujud. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh pasukan Rusia menghalangi evakuasi warga sipil.
Zelenskyy pun menolak meninggalkan ibu kota Ukraina, Kiev, dengan mengatakan bahwa dirinya "tidak takut" saat pertempuran berkecamuk.
PBB menyerukan agar dibukanya koridor kemanusiaan agar pasokan logistik secara aman dapat dikirim ke warga Ukraina.
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfeld mengatakan dunia harus siap untuk "jalan yang sangat panjang dan sangat sulit di depan" di Ukraina.
Kongres AS pada hari Senin (07/03) mendekati kesepakatan tentang RUU untuk memberikan bantuan darurat miliaran dolar kepada Ukraina.
Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer mengatakan usulan bantuan AS untuk Ukraina dan sekutu Eropanya telah tumbuh melampaui US$12 miliar (Rp168 triliun).
Ukraina mengklaim telah membunuh jenderal Rusia Badan intelijen militer Ukraina mengatakan bahwa seorang jenderal top Rusia, yang diidentifikasi sebagai Vitaly Gerasimov, tewas dalam pertempuran di sekitar kota Kharkiv.
Menurut Ukraina, Gerasimov telah bertempur di Suriah dan Chechnya dan berpartisipasi dalam perebutan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.
Christo Grozev, direktur eksekutif Bellingcat, organisasi jurnalisme investigasi yang berbasis di Belanda, mengatakan kematian Gerasimov dikonfirmasi oleh sumber Rusia.
Pemerintah Rusia belum memeberikan tanggapannya tentang laporan ini.
Pada pekan lalu, media lokal Rusia melaporkan deputi komandan Tentara Gabungan ke-41 Distrik Militer Pusat Andrei Sukhovetsky tewas oleh peluru penembak jitu Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa dirinya tidak mengirimkan pasukan tambahan dan wajib militer cadangan untuk berperang melawan Ukraina.
Putin mengatakan cukup tentara profesional saja yang diterjunkan.
Jepang dan Australia jatuhkan sanksi ke Rusia
Kementerian keuangan Jepang mengumumkan pada hari Selasa (08/03) bahwa mereka telah membekukan aset tambahan 32 pejabat dan oligarki Rusia serta Belarus.
Kementerian mengatakan bahwa Jepang juga melarang ekspor peralatan kilang minyak ke Rusia, serta barang-barang keperluan umum tujuan Belarus yang dapat digunakan oleh militernya.
Kementerian Luar Negeri Australia pada hari yang sama juga mengumumkan sanksi baru terhadap "penyebar propaganda dan disinformasi Moskow."
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan bahwa Australia memberikan sanksi kepada "10 orang yang memiliki kepentingan strategis bagi Rusia karena peran mereka dalam mendorong permusuhan terhadap Ukraina."
Disebutkan sanksi keuangan akan dikenakan pada angkatan bersenjata Rusia, dan enam komandan militer senior Rusia akan dikenakan sanksi keuangan dan larangan bepergian. rap/pkp (Reuters, AP, AFP, dpa)