Neo-Nazi setelah Perang Dunia II
Menurut Kathlyn Gay dalam bukunya yang berjudul Neo-Nazis: A Growing Threat (1997), Neo-Nazi merupakan suatu gerakan sosial, politik dan militer yang ingin menghidupkan kembali ideologi Nazi setelah perang dunia berakhir.
Kelompok orang tersebut akan menunjukkan kebencian serta supremasi kulit putih, menyerang kelompok ras tertentu dan etnis minoritas. Hal ini dilakukan guna menciptakan sebuah negara fasis.
Kelompok penganut ideologi Neo-Nazi menggunakan idealisme yang berbeda-beda. Golongan Neo-Nazi akan memakai simbol atau lambang Jerman Nazi, seperti Sig Rune, swastika, dan warna merah-putih-hitam seperti saat Jerman Nazi pada era Hitler masih berjaya.
Sejarah Neo-Nazi di Eropa
Neo-Nazi tidak hanya berkembang di Jerman saja, akan tetapi juga merambah ke negara-negara lain di Eropa. Khususnya di negara yang pernah terlibat dalam Perang Dunia II.
Dalam Rusia sendiri, Ideologi Neo-Nazi juga dikabarkan berkembang setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Neo-Nazi mulai menyebarkan ide-idenya di wilayah Eropa Timur sebagai bentuk perlawanan terhadap kemenangan kaum liberal.
Neo-Nazi di Rusia kala itu memakai Swastika sebagai simbol kehadirannya. Selain itu, Neo-Nazi di Rusia memiliki ciri-ciri antara lain bersifat rasisme, antisemitisme, Islamofobia, homofobia dan xenofobia yang ekstrem terhadap orang-orang dari Asia.
Selain Rusia, pengaruh Neo-Nazi juga mulai merambah pada negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Ukraina, Estonia dan Latvia. Di Ukraina sendiri pengaruh Neo-Nazi ditandai dengan berdirinya Partai Sosial-Nasional pada 1991. Partai tersebut menggabungkan nasionalisme radikal dengan Neo-Nazi.
Baca Juga: Crazy Rich Rusia Kena Sanksi Barat, Siapa Saja Mereka?
Isu Neo-Nazi di Ukraina kembali mencuat melalui pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sehingga Putin menekankan kepada negara-negara lain untuk tidak mengganggu misi Rusia di Ukraina. Jika tidak, maka Rusia akan memberikan ancaman mematikan.