Sebut Paham Radikal di Indonesia Sudah Sangat Kritis, Ngabalin: Sudah Masuk Stadium Keempat

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Selasa, 08 Maret 2022 | 11:39 WIB
Sebut Paham Radikal di Indonesia Sudah Sangat Kritis, Ngabalin: Sudah Masuk Stadium Keempat
Ali Mochtar Ngabalin [ANTARA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menegaskan bahwa penyebaran radikalisme di Indonesia sudah pada taraf mengkhawatirkan.

Melansir Wartaekonomi.co.id -- jaringan Suara.com, ia mengatakan bahwa radikalisme di Tanah Air sering dibalut berkedok agama.

Hal itu dia sampaikan dalam acara Chrosscheck by Medcom dengan tema Jokowi Gelisah Grup WA TNI dan Polri pada Minggu (6/3/2022).

"Saya bilang kalau diibaratkan penyakit kanker, maka penetrasi paham-paham radikal di Indonesia itu sudah masuk pada stadium keempat, sangat kritis," kata Ngabalin dikutip Populis.id, Selasa (8/3/2022).

Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin usai bertakziah ke rumah duka almahum eks Jubir Presiden, Wimar Witoelar di kawasan Cilandak, Jaksel. (Suara.com/Yauma)
Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin (Suara.com/Yauma)

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa radikalisme kerap memanfaatkan agama sebagai kedok penyabaran ajaran mereka.

Menurutnya, ciri dari pemahaman radikalisme biasanya membandingkan kitab suci keagamaan dengan ideologi di Indonesia.

"Bayangkan kalau dia berceramah di atas mimbar, dan dia membandingkan antara pilih Al-Quran atau Pancasila, kira-kira itu paham apa? Paham radikal," beber Ngabalin.

Perbandingan itu, kata dia, tidak sesuai. Dia juga meminta masyarakat agar berhati-hati dalam mencerna ajaran penceramah yang berbau radikal.

"Paham itu dipakai oleh para ekstrimis, ekstrimisme, dan para teroris," tegas Ngabalin.

Baca Juga: Tak Terima Ustaz Abdul Somad Disebut Penceramah Radikal, Monica: Pembenci UAS adalah Pemuja Firaun

Ngabalin menilai bahwa agama menjadi senjata efektif menyebarkan radikalisme. Menurutnya, kepercayaan masyarakat dijadikan alat untuk menyerang pergerakan politik negara secara perlahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI