Suara.com - Lembaga Politika Research & Consulting dan Parameter Politik merilis survei terbarunya mengenai 11 tokoh kandidat presiden potensial. Hasilnya menyebut Ketua DPR RI Puan Maharani masih berada di posisi buncit.
Puan dinilai secara eksposur politik masih terkesan "kaku."
Menanggapi hal itu Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, menilai meski hasil survei menyatakan elektabilitas masih rendah, Puan yang juga putri Megawati Soekarnoputri itu dirasa akan tetap diusung PDIP untuk Pilpres 2024.
"Bagi PDIP Puan itu harga mati. Jadi tak akan bisa diutak-atik lagi itu. Walaupun masih rendah, PDIP akan tetap dukung Puan," kata Ujang saat dihubungi, Senin (7/3/2022).
Ujang mengatakan, Puan memiliki elektablitas yang masih rendah lantaran diduga karena sebagai Ketua DPR RI masih mengekor kepada pemerintah. Terutama dalam hal kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan.
"Masih rendah mungkin juga karena selama ini banyak kebijakan Puan sebagai ketua DPR yang mengekor pemerintah. Sedangkan kebijakan tersebut merugikan dan ditolak rakyat seperti Revisi UU KPK dan pengesahan UU Cipta Kerja, dan lain-lain," tuturnya.
Sementara itu jika disebut Puan masih kaku hingga kekinian, Ujang menyebut hal tersebut masih bisa diubah.
"Kalau soal kaku mungkin soal pembawaan, nanti bisa diperbaiki dan dipoles," ungkapnya.
Ganjar Teratas
Untuk diketahui, hasil survei Politika Research & Consulting dan Parameter Politik menunjukkan Ganjar mendapatkan nilai tertinggi 7,51, kemudian Anies Baswedan 7,32, Sandiaga Uno 7,20, Ridwan Kamil 7,14, Erick Thohir 6,88, Prabowo Subianto 6,85, Andika Perkasa 6,69, Muhaimin Iskandar 6,54, Airlangga Hartarto 6,41, Agus Harimurti Yudhoyono 6,31, dan Puan Maharani 5,80.
Indikator yang digunakan yaitu visioner, kepemimpinan politik, intelektualitas, keterampilan politik, keterampilan komunikasi politik, stabilitas emosi, gaya kepemimpinan, nasionalisme dan religiusitas, penampilan, integritas moral, dan kapabilitas.
"Artinya dari 11 nama capres yang kami survei terhadap key opinion leader, 10 orang mendapatkan angka rata-rata cukup baik. Artinya secara umum publik melihat bahwa siapapun yang nanti menjadi presiden adalah mereka yang memiliki kriteria cukup baik dari pandangan opinion leader," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno di Jakarta, Minggu (6/3/2022).
Mengapa Puan Maharani menempati urutan paling terakhir?
Direktur Eksekutif Politika Research & Consulting Rio Prayogo menjelaskan para key opinion leader yang menjadi narasumber dan turut memberikan penilaian dalam survei, tidak pernah mendapatkan keterlibatan dan engagement Puan dalam berbagai isu kebangsaan.
"Dia (Puan) tidak pernah berdiri menyampaikan point of view tentang masa depan bangsa ini, misalnya atau engagement dia terhadap keterlibatan dia terhadap berbagai isu atau mungkin atau sulit jarang dengan media atau sehingga para KOL itu tidak bisa memberikan penilaian yang cukup. Sehingga dianggap puan dibanding yang lain dia tidak cukup capable mungkin dibanding yang lain," kata Rio.
Adi menambahkan secara eksposur politik, Puan terkesan "kaku." Tapi menurut Adi, sikap kaku Puan barangkali karena jabatannya sebagai ketua DPR.
"(Puan) tidak out of the box," kata Adi.
Dia mengatakan berbeda misalnya dengan kandidat-kandidat lain yang bisa memperlihatkan sisi kain dari diri mereka.
Adi mencontohkan Sandiaga Uno yang sering tampil bermain basket atau olahraga lain. Ganjar yang sering bersepeda dan menyapa masyarakat. Demikian pula Anies Baswedan dan Ridwan Kamil yang belakangan ketemu dan makan bubur bareng.
"Itu adalah sesuatu yang sebenarnya out of the box dari sisi personality juga mempengaruhi KOL dalam memberikan pendapat," kata Adi.
Adi juga menyebut ekspos media terhadap Puan kurang kuat, walaupun dia sudah melakukan langkah-langkah politik menuju 2024.
"Cuma ekspos yang tidak sekuat para 10 kandidat yang lain. Sehingga publik tidak terlampau menangkap sebenarnya apa yang disampaikan apa yang dikerjakan termasuk gagasan-gagasan besar oleh Puan Maharani sebagai ketua DPR," kata Adi.
Gaya komunikasi Puan yang terkesan kaku juga terlihat dari hasil survei rekapitulasi tentang keterampilan komunikasi politik 11 kandidat.