Suara.com - Milk Tea Alliance Indonesia menggelar aksi unjuk rasa terkait perang antara Rusia dan Ukraina yang diyakini mengorbankan sipil dan pelanggaran kemanusiaan dari kejahatan perang. Aksi unjuk rasa tersebut berlangsung di depan Gedung Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (4/3/2022) sore.
Aksi protes menolak perang ini juga dihadiri sejumlah aktivis pro-demokrasi. Terdapat pula orasi yang disampaikan oleh massa aksi yang berjumah tidak terlalu banyak -- dan turut membentangkan poster tuntutan.
Perwakilan Milk Tea Alliance Indonesia, Safina Maulida mengatakan, pemimpin Rusia -- Vladimir Putin -- telah mengancam kemanusiaan melalui perang dengan nuklir. Dia menyebut, apa yang terjadi di Ukraina hari ini adalah bentuk pelanggaran martabat dan hak asasi manusia di tahun 2022.
"Pemimpin negara Rusia telah mengancam perang dengan nuklir. Hari ini kita semua menjadi saksi di tahun 2022 bagaimana hak asasi manusia, martabat manusia tidak dijunjung tinggi dan bagaimana diplomasi kemanusiaan, dikesampingkan," kata Safina dalam orasinya.
Baca Juga: WHO Sebut bahwa Konflik Rusia-Ukraina Bisa Tingkatkan Penularan Virus Corona, Begini Pemaparannya
Mewakili Milk Tea Alliance Indonesia, Safina juga meminta agar Rusia segera menghentikan perang baik di darat, udara, melalui misil, dan roket. Terpenting, mendesak agar Rusia tidak menggunakan nuklir untuk perang.
"Hari ini juga teman-teman, kami meminta Rusia untuk segera menghentikan perang yang terjadi melalui darat dan udara misil dan roket dan terutama ancaman menggunakan nuklir untuk perang," sambungnya.
Safina melanjutkan, orang-orang tidak akan mendapatkan keuntungan sama sekali dari perang. Terlebih, perempuan dan anak-anak menjadi subjek yang tersiksa dari perang yang saat ini masih berlangsung.
"Kami Milk Tea Alliance Indonesia, aliansi anak muda pro demokrasi meyakini ini adalah pelecehan terberat 2022 terhadap kemanusiaan. Dan kami yakin anak-anak di Ukraina, di Sudan, Myanmar, dan juga di Venezuela kami yakin bahwa anak muda seharusnya tidak sedang di perbatasan, tapi sedang di bangku sekolah."
Pantauan di lokasi, massa aksi turut membentangkan bendera kuning bertuliskan "Fuck War". Pada bendera itu, terdapat tulisan lain seperti Ukraina, Myanmar, Ethiopia, Afghanistan, Palestina, hingga Papua.
Baca Juga: Rusia Dapat Sanksi Ekonomi, WNI di Rusia Ikut Terdampak
Massa aksi juga turut membentangkan bendera Ukraina dan Rusia. Pada bendera Ukraina terdapat tulisan "No" dan pada bendera Rusia terdapat tulisan "War".
Aksi ini berlangsung sejak pukul 15.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 16.10 WIB. Aksi ini berlangsung secara damai dan hanya di jaga oleh beberapa aparat kepolisian.