"Ada penjelasan M Roem dan Pringgodigdo yang diasingkan satu paket dengan Bung Karno dan Bung Hatta bahwa mereka terus berkomunikasi dengan dunia internasional untuk mempertahankan kedaulatan meski dari pengasingan," ungkap Mahfud.
Karena itu, Mahfud menegaskan pemerintah tak pernah meniadakan peran Soeharto dalam sejarah Serangan 1 Maret 1949. Mahfud menyebut nama Soeharto disebut sebanyak 48 kali dalam naskah akademik.
"Kami tak pernah meniadakan peran Soeharto, malah di Naskah Akademik Kepres itu nama Soeharto disebut 48 kali karena kita nencatat dengan baik peran Pak Harto," katanya.
Reaksi Fadli Zon
Sebelumnya, Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon turut bereaksi dengan munculnya Keppres yang tidak mencantumkan nama Soeharto dalam sejarah.
Fadli Zon menilai ada yang keliru tentang pemahaman mengenai peran Soeharto dalam serangan tersebut.
Fadli Zon melalui sebuah cuitannya di akun media sosial Twitter menanggapi pernyataan Mahfud MD yang mengatakan jika nama Soeharto tidak dihilangkan tetapi tetap ditulis dalam naskah akademik presiden, sontak Fadli Zon mengingatkan Mahfud MD untuk tidak membelokkan sejarah.
"Keliru P @mohmahfudmd. Dlm Serangan Umum 1 Maret 1949, Soekarno dan Hatta masih dlm tawanan di Menumbing. Pemerintahan dipimpin PDRI (Pemerintah Darurat RI) dibawah Sjafroeddin Prawiranegara. Tak ada gagasan dari Soekarno n Hatta dlm peristiwa ini. Jangan belokkan sejarah!"tulis Fadli Zon, dikutip dari cuitannya di akun media sosial Twitter miliknya @fadlizon, Jumat 4 Maret 2022.
Menurut Fadli Zon, Keppres yang diteken Presiden Joko Widodo seharusnya tetap mencantumkan nama Soeharto dan peranannya, dengan demikian generasi penerus akan tetap mengetahui pahlawan-pahlawan yang memiliki jasa bagi Indonesia.
Baca Juga: Nama Soeharto Dihilangkan, Fadli Zon Bereaksi Keras: Jangan Belokkan Sejarah!