“Bahkan, Azov Battalion dan Aidar Battalion kini dijadikan pahlawan nasional oleh Ukraina,” kata Lyudmila.
Dia menjelaskan, kebijakan diskriminatif serta berkembangnya Neo Nazi di Ukraina, maupun operasi militer yang dilancarkan Rusia saat ini erat terkait dengan gelombang massa yang menggulingkan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych tahun 2014.
![Anggota Gerakan Azov pawai di Kyiv, Ukraina, Maret, 2020. Azov adalah gerakan neo-Nazi. [Buzzfeed]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/02/24/54056-azov-neo-nazi-ukraina.jpg)
Lyudmila menjelaskan, peristiwa tersebut sebagai kudeta yang berdarah karena proses penggulingan Presiden Yanukovych turut memakan korban warga sipil.
Sejak saat itu, pemerintahan Ukraina selalu dipegang oleh presiden yang didukung oleh negara-negara Barat.
“Ukraina sejak 2014 semakin disetir Barat, masuk dalam apa yang disebut sebagai Anti-Russia Project,” kata dia.
Tak hanya itu, kelompok-kelompok Neo Nazi yang ikut dalam huru-hara 2014 tersebut juga bisa berkembang atas dukungan rezim-rezim pemerintahan Ukraina.
“Anda tahu? Kebijakan pertama rezim baru itu adalah merepresi populasi Rusia di Ukraina. 40 persen warga Ukraina adalah etnis Rusia. Banyak daerah Ukraina yang warganya berbahasa Rusia, termasuk Luhansk dan Donetsk,” kata dia.
Dia mengatakan, rezim Kiev sejak tahun 2014 menerapkan kebijakan represifitas terhadap budaya rakyatnya sendiri, yakni melarang mereka menggunakan bahasa Rusia.
“Kebijakan rezim Kiev sangat aneh,” kata Lyudmila dan mengkritiknya dengan analogi, “Seperti bahasa Inggris dilarang di tanah Britania, atau bahasa Jawa dilarang digunakan di Pulau Jawa.”
![Vita Zaverukha, salah satu anggota grup Neo Nazi Ukraina, yakni Aidar Batallion. [Daily Mail]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/03/03/72520-neo-nazi-ukraina-aidar-batallion.jpg)
Tentu saja, sambung Lyudmila, warga Ukrania melawan kebijakan represif dan diskriminatif tersebut. Sebab, warga Ukrania sejak dulu hingga kekinian selalu mengakui diri sebagai etnis Rusia.