Suara.com - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ditunjuk sebagai tuan rumah event nasional tiga tahunan, Paduan Suara Gerejawi (Persparawi) XIII pada 2019. Acara tersebut baru bisa digelar tiga tahun berikutnya karena kondisi pandemi Covid-19 pada tahun-tahun sebelumnya yang sangat tidak kondusif.
Terkait dengan persiapannya, Pesparawi Nasional bersama Dirjen Bimas Kristen, Direktur Urusan Agama Kristen Kemenag RI, Jannus Pangaribuan melakukan audiensi kepada Wagub DIY, KGPAA Paku Alam X, di Ndalem Ageng, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta pada Kamis (3/3/2022).
Sri Paduka menerima rombongan tersebut dengan didampingi Kepala Kanwil DIY Kemenag RI Masmin Afif, dan Kepala Biro Bina Mental Spiritual Setda DIY, Djarot Margiantoro.
Sri Paduka mengatakan di tengah gelombang ketiga Covid-19 yang sedang melanda ini, pilihan untuk menyelenggarakan Pesparawi XIII ini menjadi dilematis.
Baca Juga: Wali Kota Yogyakarta Minta Warga yang Hasil Antigen Positif Langsung Isoman Tak Perlu Tes PCR
Di satu sisi, event yang sudah mundur ini memang harus segera dilaksanakan, mengingat event ini juga mempengaruhi program-program Kemenag RI selanjutnya. Namun di sisi lain, Sri Paduka juga tidak ingin nantinya Covid-19 makin merebak di DIY.
“Event ini kalaupun tetap diselenggarakan, saya mau ada antisipasi terhadap lonjakan kasus dengan sebaik-baiknya. Dari jumah peserta, penggunaan teknologi, pemanfaatan tempat-tempat lain untuk isoter. Karena untuk isoter, melayani masyarakat DIY saja sudah penuh, apalagi dari luar dengan jumlah 15 ribu orang. Tentu berat,” kata Sri Paduka dalam keterangan tertulisnya, Jumat (4/3/2022).
Sri Paduka menegaskan penyelenggaraan Pesparawi XIII ini nantinya harus dipastikan dengan baik, sesuai dengan prosedur penyelenggaraan acara pada masa pandemi. Karena bagaimanapun, mengumpulkan banyak orang pada saat ini tidak bisa sembarangan. Harus ada langkah antisipasi yang matang.
Sementara itu, Kepala Kanwil DIY Kemenag RI Masmin Afif, mengungkapkan ada beberapa catatan penting pada penyelenggaranaan Pesparawi XIII yang akan diselenggarakan pada 19 hingga 26 Juni 2022 mendatang. Pertama, event ini akan tetap diselenggarakan mengingat belum ada kepastian kapan pandemi berakhir.
Namun tentu Afif berharap bahwa angka kasus akan semakin melandai. Kedua, akan dilakukan penyesuaian dan pertimbangan jumlah peserta yang akan hadir.
Baca Juga: Selama Covid-19, Provinsi Jawa Barat Kehilangan Rp 5 Triliun
Jumlah awal peserta diperkirakan mencapai 15 ribu peserta, untuk kemudian dipangkas menjadi 6 ribu saja.
“Dari jumlah ini tadi Pak Wagub minta dipertimbangkan lagi untuk bisa dikurangi. Ini karena melihat suasana saat ini yang sedang ada pada gelombang ketiga. Agar mengurangi kerumunan,” jelas Afif.
Selain itu, penyelenggaraan kegiatan akan digelar di beberapa venue berbeda. Hal ini sebagai langkah meminialisir penyebaran Covid–19 dan mengkondusifkan suasana. Tentu disiplin prokes juga menjadi catatan penting bagi penyelenggara dan peserta.
Sementara itu, Djarot Margiantoro turut mengungkapkan bahwa persiapan sudah mulai berjalan saat ini. Menurutnya, kepanitiaan nanti akan diperkuat oleh seluruh OPD di DIY.
Selain itu, Djarot juga akan menggandeng mahasiswa-mahasiswa daerah yang ada di DIY yang memiliki asrama. Asrama ini nanti akan dimanfaatkan untuk mendukung operasional kegiatan.
“Kami ambil langkah ini untuk memaksimalkan potensi DIY dan mengurangi keterlibatan pihak luar, ini akan mengurangi risiko paparan Covid-19 juga."