Suara.com - Nyepi adalah hari yang didedikasikan sepenuhnya oleh orang Hindu Bali untuk terhubung lebih dalam dengan Tuhan (Hyang Widi Wasa) melalui upacara doa, puasa, dan meditasi. Di antara banyak perayaan yang dipegang orang Bali sepanjang tahun, upacara keagamaan ini jauh lebih besar dan lebih mewah daripada yang lain. Dalam artikel ini akan tersaji rangkaian upacara hari Raya Nyepi dan maknanya, jadi silahkan baca sampai akhir.
Upacara Pertama: Melasti
Ritual Melasti adalah rangkaian hari Raya Nyepi dan maknanya sebagai pemurni yang didedikasikan untuk Dewa Agung, Hyang Wdihi Wasa. Pada upacara pertama, Melasti, umat Hindu memperoleh air suci dari laut untuk membersihkan benda-benda suci seperti Arca, Pratima, dan Pralingga. Tujuan dari ritual Melasti adalah pembersihan kita masing-masing (bhuana alit) dan alam semesta (bhuana agung). Perolehan air suci disebut Tirta Amerta, air / sumber kehidupan.
Orang Bali mengenakan pakaian putih tradisional mereka, dan sarung kotak-kotak saat mereka melakukan upacara, dan dengan melakukannya di tepi pantai atau dekat sumber air, seperti danau, itu melambangkan melepaskan masa lalu dan membuangnya ke laut.
Baca Juga: Gelandang Persib Bandung Marc Klok Ungkap Sangat Ingin Tinggal di Bali Bersama Keluarga
Upacara Kedua: Bhuta Yajna dan Parade Ogoh-Ogoh
Ritual Bhuta Yajna, dilakukan satu hari sebelum Nyepi dengan parade Ogoh Ogoh. Rangkaian hari raya Nyepi kedua ini bermakna untuk menyingkirkanunsur-unsur negatif dan menciptakan keseimbangan dengan Tuhan, umat Manusia, dan Alam. Ritual ini juga dimaksudkan untuk menenangkan Batara Kala, Dewa Dunia Bawah dan Kehancuran.
Saat matahari terbenam, antara pukul 17.00-18.00 WIB, ritual Bhuta Yajna dan parade Ogoh-ogoh berlangsung di mana selama ini jalan ditutup. Meskipun ritual ini berlangsung di seluruh pulau, seseorang dapat melihat prosesi terbaik baik di Kuta, Seminyak, Nusa Dua, Sanur dan pantai terkenal lainnya.
Upacara Ketiga: Nyepi – Hari Hening
Hari yang paling penting secara ketat disediakan untuk refleksi diri dan apa pun yang mungkin mengganggu tujuan itu sangat dilarang. Nyepi secara tradisional adalah hari keheningan mutlak yang dipatuhi oleh umat Hindu Bali, bahkan penduduk non-Hindu, berdasarkan empat sila Catur Brata:
Baca Juga: Nyepi Dan Perang Melawan Hasrat Bermedia Sosial
- Amati Geni: Tidak ada api atau cahaya, termasuk tidak ada listrik, bahkan tidak memasak.
- Amati Karya: Tidak ada bentuk aktivitas fisik kecuali hal-hal yang didedikasikan untuk pembersihan dan pembaruan spiritual
- Amati Lelunganan: Tidak ada gerakan atau bepergian. Bandara ditutup, tidak ada masuk atau keluar bali, serta jalan-jalan dipatroli oleh Pecalang.
- Amati Lelanguan: Puasa dan tidak ada pesta pora / hiburan diri atau kegembiraan umum.
Nyepi dilaksanakan mulai pukul 06.00 pada hari Raya Nyepi hingga pukul 06.00 keesokan harinya, orang Bali yang setia menghabiskan hari mereka di dalam ruangan dengan jendela tertutup dan tirai tertutup.
Upacara Keempat: Ritual Ngembak Agni / Labuh Brata
Upacara terakhir dari rangkaian hari Raya Nyepi dan maknanya dikenal sebagai Ngembak Agni, atau Labuh Brata. Upacara ini merupakan ritual yang dilakukan pada Hari Tahun Baru resmi. Hari terakhir adalah ketika Catur Berata Penyepian berakhir dan umat Hindu Bali mengunjungi keluarga mereka, tetangga, dan kerabat. Sehari setelah Nyepi, yang dikenal sebagai Ngembak Geni, kegiatan sosial kembali seperti biasa.
Demikian itu rangkaian upacara hari Raya Nyepi dan maknanya berdasarkan nyepi.com. Semoga dapat dipahami.
Kontributor : Mutaya Saroh