Tawanan Tentara Rusia di Ukraina: Ibunya Minta Agar Dibebaskan

SiswantoBBC Suara.Com
Selasa, 01 Maret 2022 | 16:11 WIB
Tawanan Tentara Rusia di Ukraina: Ibunya Minta Agar Dibebaskan
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada Kamis 24 Februari, hari pertama invasi ke Ukraina, foto dua pria berseragam tentara Rusia dan digambarkan sebagai tawanan perang dipublikasikan di halaman Facebook Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Valeriy Zaluzny.

Baru pada saat itulah Natalya Deineka menyadari bahwa putranya, Rafik Rakhmankulov, terlibat perang.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC Rusia, wanita berusia 40 tahun itu mengatakan bahwa saudara perempuannya pertama kali memberi tahu dia tentang foto itu.

Natalia masih belum menerima konfirmasi tentang status Rafik.

Baca Juga: Indonesia Inginkan Terjadi Penurunan Ketegangan antara Rusia dan Ukraina

Baca juga:

"Saya telah menghubungi beberapa perwira dari unit militernya dan menceritakan apa yang terjadi," kata Natalya.

"Dia bilang kontra intelijen akan memeriksa apakah Rafik ditahan atau tidak, tetapi belum ada konfirmasi."

Tetapi otoritas militer tidak menyangkal kepadanya bahwa pemuda 19 tahun itu, yang belum genap setahun berdinas sebagai tentara, telah dikirim ke front Ukraina.

'Dia tidak tahu mereka akan dibawa ke sana'

Natalia mengklaim bahwa putranya, yang merupakan seorang teknisi tempur di Divisi Tank Pengawal ke-4 (Kantemirovskaya), tidak mengetahui akan dikerahkan dalam invasi.

Baca Juga: Diungsikan ke Polandia dan Rumania usai Dievakuasi dari Ukraina, Begini Skenario Pemulangan 99 WNI ke Tanah Air

"Dia tidak tahu bahwa mereka akan dibawa ke sana. Mereka baru tahu saat tiba."

Terakhir kali Natalia berbicara dengan Rafik adalah pada 23 Februari, ketika putranya itu mengatakan divisinya sudah berada di dekat perbatasan Ukraina.

"Saya bertanya mengapa dia sebelumnya tidak bilang bahwa mereka dipindahkan ke sana. Dia hanya menjawab: 'Agar Ibu tidak khawatir'. Dia juga mengatakan bahwa semuanya berjalan tenang."

Ketika foto-foto para tahanan mulai beredar, saluran TV Russia-24 menyebutnya sebagai "berita palsu".


Rusia menyerang Ukraina:


Penghasilan stabil

Natalia mengatakan telah menghubungi beberapa organisasi, termasuk Komite Ibu Prajurit, sebuah LSM Rusia.

"Mereka sudah mengambil datanya, tapi sejauh ini belum ada informasi," katanya.

"Saya tidak tahu harus berbuat apa. Media hanya diam tentang fakta bahwa orang-orang kita ditangkap. Atau mereka tidak tahu."

Natalia mengatakan bahwa Rafik bergabung dengan angkatan bersenjata pada Juni 2021 sebagai wajib militer, yang menurut undang-undang tidak sampai membuatnya dikerahkan dalam operasi tempur.

Tapi BBC Rusia diberitahu oleh kekasih Rafik, Liliya, bahwa ia sudah menjadi tentara kontrak Desember lalu untuk "menghidupi masa depan keluarganya" - meskipun Liliya sudah berupaya mencegahnya.

Natalia mengungkapkan bahwa putranya pernah belajar di sekolah teknik pertanian tetapi keluar untuk bergabung dengan tentara. Rafik melihat jadi tentara mendatangkan prospek keamanan finansial.

"Jadi anggota militer diberikan rumah, dan bisa mendapat gaji normal di sana. Apalagi sekarang tidak ada pekerjaan di negara ini," kata Natalia.

"Putra saya tidak terlalu tertarik dengan karir militer. Dia lebih melihatnya sebagai kesempatan untuk bangkit jadi mandiri, untuk memiliki semacam pendapatan yang stabil."

Rafik salah satu dari tiga anak Natalia. Pasangan Natalia saat ini pun memiliki tiga anak.

'Anak saya ke sana bukan atas kehendaknya sendiri'

Ketika ditanya apa yang dia rasakan tentang invasi Rusia ke Ukraina, Natalia mengaku tidak mengikuti politik atau menonton berita.

"Sejujurnya saya tidak mengerti untuk apa semua ini," katanya. "Di negara kami, sebagian orang tidak punya apa-apa untuk dimakan. Saya tidak mengerti perang atau aksi militer apa pun."

Dapat dimengerti bahwa dia tertekan dengan membaca komentar media sosial tentang penempatan putranya ke konflik itu, terutama yang bernada ancaman terhadap Rafik dan tentara Rusia lainnya yang mungkin telah ditahan di Ukraina.

"Anak saya ke sana bukan atas kehendaknya sendiri, panglimanya yang mengirim dia ke sana," katanya.

"Untuk apa? Saya tidak bisa menjawabnya. Kami - baik saya maupun anak saya - tidak membutuhkannya."

"Kepada siapa saya harus memohon untuk mendapatkan anak saya kembali?" tanya Natalia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI