Invasi Rusia ke Ukraina Ubah Haluan Politik Luar Negeri Jerman 180 Derajat

Selasa, 01 Maret 2022 | 13:08 WIB
Invasi Rusia ke Ukraina Ubah Haluan Politik Luar Negeri Jerman 180 Derajat
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Jerman umumkan perubahan drastis kebijakan luar negeri dan pertahanannya. Anggaran militer akan ditingkatkan setiap tahun, persenjataan akan dikirim ke Ukraina.

Invasi Rusia ke Ukraina mengubah 180 derajat beberapa prinsip politik luar negeri Jerman yang berlaku puluhan tahun.

Kanselir Jerman Olaf Scholz hari Minggu (27/8) mengumumkan akan mengirimkan bantuan persenjataan ke Ukraina berupa senjata anti tank dan rudal darat-udara jenis Stinger.

Selama bertahun-tahun, Jerman yang dihantui perasaan berasalah atas Perang Dunia Kedua, selalu sangat hati-hati untuk melibatkan diri dalam konflik di negara atau kawasan lain.

Baca Juga: Gelombang Pengungsi dari Ukraina Mulai Berdatangan ke Perbatasan Polandia

Biasanya Jerman lebih siap menyediakan dana untuk bantuan kemanusiaan atau proyek-proyek pembangunan kembali.

Sekarang, untuk pertama kalinya pemerintah dan oposisi Jerman menyetujui pengiriman senjata ke suatu negara yang sedang diserang negara lain.

"Dengan invasi (Rusia) di Ukraina, kita sekarang berada di era baru," kata Olaf Scholz di hadapan parlemen Jerman, Bundestag.

Dia juga mengatakan pemerintah akan menyediakan anggaran khusus senilai 100 miliar euro untuk untuk militer Jerman Bundeswehr, yang akan digunakan sebagai investasi pertahanan, tidak hanya disiapkan untuk tahun ini, melainkan untuk setiap tahun.

Selanjutnya dia mengatakan, "Mulai sekarang -- tahun demi tahun – (pemerintah) menginvestasikan lebih dari dua persen produk domestik bruto untuk pertahanan."

Baca Juga: Imbas Invasi Ke Ukraina Dibalas Serangan Siber Besar-besaran, Website Kantor Berita Rusia TASS Kena Retas

Dia juga mengusulkan agar hal itu dimuat dalam konstitusi lewat amandemen.

"Dunia sudah berubah"

Alasan perubahan haluan itu sudah jelas. "Jerman harus berinvestasi lebih banyak dalam keamanan negara kita. Tujuannya adalah pasukan yang kuat, canggih, yang melindungi kita dengan andal," kata Olaf Scholz.

Setelah 16 tahun koalisi konservatif di bawah Angela Merkel memerintah, kali ini koalisi Sosialdemokrat (SPD), Partai Hijau dan Liberaldemokrat FDP menuliskan sejarah baru poilitik pertahanan dan luar negeri Jerman.

Sementara Partai Hijau dulunya selalu bersikap menolak ekspor senjata, SPD sering diituduh bersikap terlalu lunak dan nyaman terhadap Vladimir Purin dan Rusia.

Sementara FDP sering dikritik karena terlalu mengutamakan kepentingan ekonomi. Namun Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock (Partai Hijau) mengatakan di depan parlemen: "Aturan yang kita buat sendiri tidak boleh menjauhkan kita dari tanggung jawab. Jika dunia sudah berubah, maka kebijakan kita juga harus berbeda."

Politik Pintu terbuka untuk pengungsi Ukraina

Sejak akhir Perang Dingin, Jerman telah mengurangi kekuatan pasukannya dari 500.000 tentara pada saat reunifikasi menjadi hanya sekitar 200.000 tentara saat ini.

Sejarah perang masa lalu yang kelam memupuk tradisi pasifis atau anti perang yang sangat kuat dalam politik luar negeri Jerman.

Bahkan ketika Amerika Serikat memutuskan untuk menyerang Irak, Jerman di bawah pemerintahan Gerhard Schröder (SPD) secara terbuka menolak perang di Irak.

Selama berminggu-minggu pasukan Rusia dikerahkan ke perbatasan Ukraina, Jerman bersikeras menolak permintaan Ukraina untuk pengiriman senjata pertahanan.

Kritik pun makin gencar atas sikap "diam" Jerman, karena mantan Kanselir Gerhard Schröder sejak bertahun-tahun bekerja menjadi Komisaris Utama di perusahaan gas Rusia, Gazprom dan sering tampil dan berfoto bersama Putin.

Selain memutuskan bantuan senjata ke Ukraina, Jerman juga memutuskan isolasi bank sentral dan beberapa bank terbesar Rusia dari sistem transer perbankan SWIFT, dan menutup kawasan udara untuk semua pesawat milik Rusia.

Kebijakan itu sekarang diberlakukan oleh Uni Eropa untuk seluruh kawasan udaranya.

Uni Eropa juga membuka perbatasannya untuk pengungsi dari Ukraina. Semua pengungsi Ukraina akan mendapat status izin tinggal khusus selama 3 tahun dengan izin kerja. hp/yf (dpa/afp)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI