Suara.com - Korea Utara mengklaim telah melakukan uji kamera untuk dipasang pada satelit mata-mata, Senin (28/02). Pengumuman ini disiarkan sehari setelah Jepang dan Korea Selatan mendeteksi peluncuran rudal balistik baru.
Media pemerintah Korea Utara tidak secara langsung mengakui peluncuran rudal pada hari Minggu (27/02).
Namun, sebaliknya mengatakan bahwa telah dilakukan "uji coba penting" melibatkan kamera untuk satelit pengintai yang melakukan fotografi vertikal dan horizontal dari area tertentu di Bumi. Foto-foto Semenanjung Korea yang tampaknya diambil dari luar angkasa juga dirilis dalam pemberitaan tersebut. Rincian teknis dari pernyataan Korea Utara tidak dapat dikonfirmasi secara independen.
Namun, pernyataan itu menunjukkan Korea Utara kemungkinan meluncurkan roket atau rudal untuk mengambil foto berbasis ruang angkasa.
Satelit mata-mata adalah salah satu dari serangkaian sistem senjata canggih yang dijanjikan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada tahun 2021, untuk dikembangkan di bawah rencana modernisasi militer untuk mengatasi kebijakan Amerika Serikat yang bermusuhan terhadap negaranya.
Menempatkan satelit ke orbit membutuhkan peluncuran roket jarak jauh, tetapi PBB telah melarang Korea Utara melakukan peluncuran semacam itu, karena rudal balistik dan roket yang digunakan saat peluncuran satelit memiliki badan, mesin, dan teknologi lain yang serupa.
Kantor Berita Pusat Korea mengatakan "uji coba ini sangat penting" dalam pengembangan satelit Korea Utara karena mengkonfirmasi "karakteristik dan akurasi kerja sistem pemotretan definisi tinggi, sistem transmisi data, dan perangkat kontrol sikap," oleh Administrasi Pengembangan Dirgantara Nasional dan Akademi Ilmu Pertahanan.
"Program pengembangan ruang angkasa yang damai" Setelah mengalami kegagalan berulang kali, Korea Utara berhasil menempatkan satelit pertamanya ke orbit pada tahun 2012 dan yang kedua pada tahun 2016.
Korea Utara mengatakan keduanya adalah satelit pengamatan Bumi dan peluncuran mereka adalah bagian dari program pengembangan ruang angkasa yang damai. Pakar luar negeri mempertanyakan apakah satelit-satelit itu telah bekerja secara normal, karena peluncuran satelit Korea Utara di masa lalu telah meningkatkan program misilnya.
Baca Juga: Krisis Vaksin di Korea Utara, PBB Minta Negara-Negara Dunia Turut Bantu
Pada tahun 2017, Korea Utara melakukan tiga uji coba rudal balistik antarbenua dan uji coba nuklir keenam terkuatnya sebagai upaya untuk memperoleh rudal bersenjata nuklir yang mampu mencapai tanah air Amerika.
Uji coba dilakukan ketika AS fokus pada invasi Rusia Menurut akun AS, Korea Selatan, dan Jepang, Korea Utara meluncurkan rudal balistik pada hari Minggu (27/02) di lepas pantai timurnya.
Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi mengatakan rudal itu terbang sekitar 300 kilometer pada ketinggian maksimum sekitar 600 kilometer sebelum mendarat di lepas pantai timur Korea Utara.
Peluncuran rudal tersebut adalah yang kedelapan dari jenisnya tahun ini, dan yang pertama sejak 30 Januari lalu.
Beberapa ahli mengatakan Korea Utara mungkin mengamati konsentrasi AS terhadap invasi Rusia ke Ukraina sebagai kesempatan untuk mempercepat aktivitas pengujian tanpa menerima tanggapan serius dari Washington.
Sebelumnya, Kim memberlakukan moratorium uji coba nuklir dan rudal jarak jauh pada 2018 sebagai awal dari diplomasi nuklir yang sekarang terhenti dengan Presiden Donald Trump.
Namun, Korea Utara baru-baru ini mengisyaratkan untuk mencabut moratorium itu, dengan meningkatkan spekulasi bahwa mereka mungkin akan segera meluncurkan ICBM atau peluncuran roket pembawa satelit. bh/ha (AP)