Suara.com - Rusia sudah melakukan invasi ke Ukraina setelah Presiden Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di negara Eropa Timur tersebut.
Invasi dilakukan setelah tentara Rusia selama beberapa bulan terakhir dikerahkan ke perbatasan Ukraina.
Sebelumnya, negara-negara Barat berulang kali mengatakan kemungkinan adanya invasi, tapi Rusia juga berulang kali membantahnya.
Pusat pemerintahan Rusia di Moskow sebelumnya meminta jaminan dari Barat bahwa NATO tidak akan menerima pencalonan Ukraina dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya untuk menjadi anggota.
Baca Juga: Gangguan Internet di Ukraina, Elon Musk Kirim Bantuan Satelit Starlink
Rusia juga meminta pengiriman senjata ke kawasan dihentikan dan juga penempatan pasukan NATO di Eropa Timur, hal yang ditolak mentah-mentah oleh Amerika Serikat dan NATO.
Apa yang perlu diketahui mengenai Ukraina?
Terletak di Eropa Timur, berbatasan dengan Rusia di Timur Laut dan Laut Hitam di selatan, Ukraina adalah negara kedua terbesar di Eropa setelah Rusia dalam hal luas lahan, dengan jumlah penduduk 41 juta orang.
Sebagai pecahan negara Uni Soviet, Ukraina menyatakan kemerdekaan di tahun 1991 menyusul ambruknya Uni Soviet. Secara ekonomi, negara ini masih mengalami masalah di tengah tingginya angka korupsi dan pemerintahan yang otoriter.
Ukraina secara politik dekat dengan Rusia, namun di tahun 2014, menyusul dijatuhkannya presiden pro-Rusia Viktor Yanukovych, Rusia menguasai wilayah yang penting secara strategis di semenanjung Crimea.
Secara terpisah, kelompok dukungan Rusia di kawasan Donetsk dan Luhansk yang terletak di perbatasan dengan Rusia menguasai beberapa gedung pemerintahan, kantor polisi dan polisi militer di beberapa kota dan kemudian mengumumkan referendum yang tidak diakui internasional.
Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina Jadi Tantangan Indonesia Sebagai Ketua G20
Di kawasan Donetsk inilah pesawat Malaysia Airlines MH17 terbang ketika ditembak jatuh beberapa bulan kemudian di bulan Juli 2014.
Seluruh 15 awak dan 283 penumpang termasuk 38 warga asal Australia tewas.
Badan Keselamatan Penerbangan Belanda yang melakukan penyelidikan menyimpulkan pesawat itu ditembak oleh rudal BUK buatan Rusia.
Konflik senjata antara pasukan pemberontak dukungan Rusia dan tentara Ukraina sejak itu terus berlangsung dan menyebabkan 14 ribu orang tewas dan menjadi sumber konflik bagi Ukraina-Rusia.
Apa yang terjadi di lapangan saat ini?
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memastikan bahwa serangan rudal Rusia sudah diarahkan ke berbagai infrastruktur dan pasukan perbatasan.
Suara ledakan terdengar di ibu kota Kyiv, Kharkiv, Odessa dan di beberapa kota di Ukraina lainnya.
Presiden Zelenskyy meminta warga tetap berada di rumah, mengatakan negara itu siap menghadapi segala kemungkinan.
Tentara Rusia sudah memasuki kota pelabuhan di selatan Mariupol dan Odesa dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memperingatkan bahwa 'invasi dalam skala besar' sedang terjadi.
Ketika mengumumkan operasi militer, Presiden Rusia Putin memperingatkan negara lain yang berusaha melakukan intervensi atas apa yang dilakukan Rusia akan menghadapi "konsekuensi yang belum pernah dialami sebelumnya."
"Dunia bisa dan harus menghentikan Putin," kata Kuleba di Twitter.
"Waktu untuk bertindak adalah sekarang."
Mengapa Rusia melakukan invasi ke Ukraina?
Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali mengatakan Rusia tidak memiliki niat untuk melakukan invasi ke Ukraina jadi motivasinya sekarang masih belum jelas.
Kemungkinan penyebab lain adalah mencegah Ukraina bergabung dengan NATO, ambisi pribadi untuk menggabungkan lagi negara-negara bekas Uni Soviet, meningkatkan pengaruh Putin di dalam negeri atau memastikan adanya pasokan air bersih ke Semenanjung Crimea.
Alexey Muraviev, an associate professor di Curtin University di Australia mengatakan kepada ABC bahwa Putin ingin menggunakan Ukraina menjadi 'wilayah penyangga yang netral' melawan NATO.
"Ukraina telah menjadi daerah bagi konflik antara Rusia dan Amerika Serikat," katanya.
Mengapa baru terjadi sekarang?
Pengiriman pasukan Rusia ke perbatasan dengan Ukraina sudah dimulai hampir setahun lalu, di bulan Maret dan April 2021, ketika lebih dari 80.000 tentara dikirim ke kawasan.
Beberapa lainnya dikirim lagi bulan Juni, namun militer Rusia menambah pasukan lebih banyak lagi di akhir tahun dengan perkiraan total tentara Rusia yang dikerahkan sekitar 130.000 orang.
Bulan Desember, Moskow mengeluarkan beberapa permintaan termasuk bahwa Ukraina tidak akan mendapat keanggotaan NATO, dan aliansi ini menarik pasukan dari Eropa Timur, ditambah dengan ancaman adanya respons militer dari Rusia.
Amerika Serikat dan NATO secara resmi menolak permintaan tersebut secara tertulis bulan Januari.
Dalam reaksinya, Putin mengatakan AS dan sekutunya sudah menolak tuntutan keamanan utama yang disampaikan Rusia, namun Moskow tetap terbuka bagi adanya pembicaraan lebih lanjut.
Pembicaraan terjadi dalam berbagai kesempatan, baik secara pribadi maupun lewat video dan telepon antara para pemimpin termasuk Putin, BIden, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Ukraina Zelenskyy.
Pada awalnya Zelenskyy mencoba meremehkan ancaman tersebut.
Kecemasan akan kemungkinan adanya serangan Rusia dalam waktu dekat meningkat setelah Putin mengakui kemerdekaan wilayah separatis hari Senin, mendukung pengiriman pasukan ke daerah yang dikuasai pemberontak dan menerima persetujuan parlemen bagi penggunaan pasukan militer di luar Rusia.
Reaksi dari Barat adalah penerapan sanksi.
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia akan mengikuti jejak negara-negara Barat lainnya dengan penerapan sanksi, mengumumkan delapan orang dalam jajaran Dewan Keamanan Nasional Rusia yang 'membantu dan mendukung invasi akan menjadi sasaran.
Seberapa besar kekuatan militer Ukraina?
Menurut laporan yang disampaikan ke Kongres AS di Washington, Ukraina memiliki 150.000 tentara.
"Angkatan Darat adalah komponen terbesar dalam militer Ukraina dan termasuk unit pertahanan udara, unit penerbang, persenjataan rudal dan senjata lainnya," kata laporan tersebut.
Ukraina kehilangan 60 persen kekuatan angkatan laut dan angkatan udara ketika Rusia melakukan aneksasi terhadap wilayah Crimea.
"Rusia menembak jatuh berbagai pesawat tempur, helikopter dan kendaraan transportasi selama konflik," kata laporan tersebut.
"Ini sangat melemahkan angkatan udara, yang sebelumnya sudah mengalami masalah kekurangan dana selama bertahun-tahun. Sebagian besar pesawat Ukraina dan sistem pertahanan udara berusia di atas 30 tahun."
Laporan juga mengatakan Ukraina memiliki pasukan penyerang udara yang kecil namun terlatih, tentara cadangan yang berjumlah 130.000 orang dan sekitar 400 ribu veteran yang pernah memiliki pengalaman tempur di kawasan-kawasan konflik sebelumnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, AS dan anggota NATO sudah memberikan bantuan jutaan dolar dalam bentuk peralatan militer kepada Ukraina termasuk rudal anti tank, rudal anti pesawat, senjata kecil dan amunisi, sistem komunikasi radio dan yang lainnya.
Pemerintahan Biden mengatakan bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung perlawanan Ukraina bila terjadi invasi.
Apa yang akan terjadi sekarang?
Karena bukan anggota NATO, Ukraina diperkirakan harus mempertahankan diri sendiri dengan pasukan yang mereka miliki.
AS dan NATO sudah dengan jelas mengatakan mereka tidak akan mengirimkan pasukan ke sana.
"Tidak akan ada pengiriman pasukan AS ke wilayah Ukraina," kata Presiden Joe Biden kepada wartawan di bulan Januari.
Ketika ditanya BBC apakah ada kemungkinan pasukan Inggris akan dikirim ke Ukraina, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan: "Kemungkinan itu tidak ada. Kami akan mencoba memastikan pasukan Ukraina mendapat semua bantuan yang bisa kami lakukan."
Namun Biden mengatakan bila Rusia melakukan invasi, AS dan sekutunya akan menerapkan 'sanksi terberat yang pernah mereka lakukan."
Proyek Nord Stream 2 ditunda minggu lalu setelah Moskow secara resmi mengakui pemisahan dua kawasan separatis di Ukraina Timur dan AS menerapkan sanksi terhadap perusahaan yang menjalankan proyek gas alam tersebut.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Presiden Biden akan mengumumkan berbagai sanksi tambahan terhadap Rusia hari Jumat.
Militer Ukraina mengatakan mereka tidak akan bisa menandingi kekuatan militer Rusia tanpa dukungan militer kuat dari Barat.
"Tidak ada kekuatan militer yang cukup untuk menghentikan serangan Rusia bila terjadi tanpa dukungan dari pasukan Barat," kata kepala dinas intelijen Ukraina kepada harian AS The New York Times.
Namun mantan Menteri Pertahanan Ukraina Andriy Zagorodnyuk bulan lalu menulis bahwa pasukan Rusia akan menghadapi kekuatan militer Ukraina dengan sekitar 500.000 personel termasuk tentara cadangan.
"Pasukan Rusia akan menghadapi musuh yang memiliki motivasi tinggi yang berada di wilayah yang mereka ketahui," katanya.
"Kombinasi unit militer aktif, dengan veteran yang sudah pernah bertempur, tentara cadangan, unit pertahanan teritorial dan sejumlah besar relawan.
"Ukraina bisa mengerahkan belasan ribu kelompok kecil yang bisa bergerak cepat menyerang pasukan Rusia."
"Ini akan membuat Kremlin mustahil membangun pemerintahan di daerah yang mereka kuasai dan juga memastikan jalur pasokan.
"Kesiapan warga Ukraina untuk mempertahankan negaranya tidak perlu diragukan."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News