Takut Berpisah Akibat Perang, Pasangan Ukraina Terpaksa Menikah di Bawah Gempuran Rudal: Kami Mungkin Bisa Mati

Sabtu, 26 Februari 2022 | 20:28 WIB
Takut Berpisah Akibat Perang, Pasangan Ukraina Terpaksa Menikah di Bawah Gempuran Rudal: Kami Mungkin Bisa Mati
Ilustrasi menikah. (pixabay/PutuElmira)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menikah memang menjadi momen yang membahagiakan bagi para pasangan yang tengah merencanakannya. Namun apa jadinya jika pernikahan harus dilakukan di tengah perang.

Seperti pernikahan yang dilakukan dua pasangan di Ukraina.

Dalam kondisi genting, kedua pasangan tersebut harus melangsungkan pernikahan di tangah invasi Rusia di negera mereka. Tentu momen tersebut tak pernah mereka impikan dan tentu saja bukan suasana pernikahan yang mereka inginkan.

Yaryna Arieva dan pasangannya Sviatoslav Fursin harus bergegas untuk mengikat tali pernikahan di tengah suara sirene serangan udara yang berdering di telinga mereka.

Baca Juga: Demi Keselamatan Atlet, Timnas Bulu Tangkis Batal ke Polandia Akibat Konflik Rusia dan Ukraina

"Itu sangat menakutkan," kata Arieva, yang menikahi pasangannya di biara St Michael di Kyiv, Kamis (24/2/2022) seperti yang dilansir dari CNN.

Ilustrasi menikah. (freepik.com)
Ilustrasi menikah. (freepik.com)

Rusia sendiri menyerang negara mereka pada hari hari yang sama dengan upacara pernikahan mereka.

Mulanya pasangan itu telah merencanakan untuk menikah pada 6 Mei 2022 mendatang. Mereka berencana merayakannya di sebuah restoran dengan menghadap ke sungai Dnieper disertai dekorasi lampu yang Indah.

"Hanya kami dan sungai dan lampu-lampu indah [di pernikahan]," kata Arieva. 

Tapi semua itu berubah ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina Kamis pagi, dan serangan itu dimulai beberapa jam sebelum fajar dengan serangkaian serangan rudal.

Baca Juga: Antisipasi Dampak Perang Rusia-Ukraina, Pemerintah Mulai Mitigasi Aktivitas Perdagangan Ekspor dan Impor

Informasi tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh Ukraina tengah dan timur ketika pasukan Rusia menyerang negara itu dari tiga sisi.

Pasangan tersebut bertemu pada Oktober 2019 di sebuah unjuk rasa di pusat kota Kyiv. Mereka memutuskan menikah lebih cepat karena mereka tidak yakin apa yang akan terjadi di masa depan mereka.

"Situasinya sulit. Kami harus memperjuangkan tanah kami," kata Arieva.

"Kami mungkin bisa mati, dan kami hanya ingin bersama sebelum semua itu terjadi," imbuh perempuan berusia 21 tahun itu.

Setelah pernikahan mereka, Arieva dan Fursin (24) yang merupakan seorang insinyur perangkat lunak, bersiap untuk pergi ke Pusat Pertahanan Teritorial setempat untuk bergabung dalam upaya membantu membela negara.

"Kita harus melindunginya. Kita harus melindungi orang-orang yang kita cintai dan tanah yang kita tinggali," ujar Arieva.

"Saya berharap yang terbaik, tetapi saya melakukan apa yang saya bisa untuk melindungi tanah saya," imbuhnya. 

Meskipun begitu, Arieva mengatakan dia masih berharap mereka akan dapat merayakan pernikahan mereka suatu hari nanti.

Seorang lelaki di Kota Chuguiv tampak bersedih dengan latar belakang sebuah mobil yang hancur akibat serangan Rusia. (Foto: AFP)
Seorang lelaki di Kota Chuguiv tampak bersedih dengan latar belakang sebuah mobil yang hancur akibat serangan Rusia. (Foto: AFP)

“Mungkin mereka (Rusia) akan  keluar dari negara kami dan kami akan memiliki kemampuan untuk merayakan pernikan secara normal,” kata Arieva.

"Saya hanya berharap semuanya akan berjalan normal dan kami akan memiliki tanah kami, kami akan membuat negara kami aman dan bahagia tanpa ada orang Rusia di dalamnya," imbuhnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI