Rusia Invasi Ukraina: Hujan Kecaman Pemimpin Dunia

SiswantoBBC Suara.Com
Jum'at, 25 Februari 2022 | 16:28 WIB
Rusia Invasi Ukraina: Hujan Kecaman Pemimpin Dunia
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rangkaian kecaman dari sejumlah pemimpin dunia mengemuka seiring dengan keputusan Rusia menginvasi Ukraina.

Dari Indonesia, Presiden Joko Widodo, merilis cuitan yang amat mungkin merujuk pada invasi Rusia ke Ukraina.

"Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia, dan membahayakan dunia."

Sejauh ini, cuitan tersebut telah dicuitkan ulang sebanyak lebih dari 1.600 kali dan disukai lebih dari 6.500 kali.

Baca Juga: Mengapa Rusia Menginvasi Ukraina dan Apa yang Diinginkan Putin?

https://twitter.com/jokowi/status/1496805962274930688?s=24

Di Eropa, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengecam keputusan Presiden Vladimir Putin.

"ini adalah salah satu masa terkelam di Eropa sejak Perang Dunia Dua," kata Borrell.

Menurutnya, kenyataan bahwa sebuah negara besar dan bersenjata nuklir menyerang negara tetangga lalu mengancam negara lain yang mencoba menyelamatkan adalah "pelanggaran terbesar hukum internasional" dan "pelanggaran prinsip-prinsip dasar koeksistensi manusia."

Uni Eropa, lanjutnya, akan menerapkan sanksi-sanksi terberat yang pernah diterapkan.

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Pengaruhi Saham Asia dan Harga Minyak

Baca juga:

Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson menyatakan bahwa dirinya "terkejut oleh kejadian-kejadian mengerikan di Ukraina".

Dia menilai Presiden Vladimir Putin "telah memilih jalan pertumpahan darah dan kehancuran dengan melancarkan serangan tanpa provokasi ini".

Inggris, tegas Boris Johnson, akan merespons dengan tegas.

Sementara itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macronyang menghabiskan berjam-jam dalam pertemuan dengan Putin dan juga berbincang dengannya beberapa kali melalui sambungan telepon, mengatakan Rusia harus menghentikan aksi militernya.

Adapun Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, menilai Eropa sedang menyaksikan perang darat "yang kami sangka hanya bisa ditemukan di buku-buku sejarah".

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyatakan Putin "telah memilih perang yang direncanakan sebelumnya, yang akan membawa kehilangan nyawa dan penderitaan manusia dalam skala bencana."

Dunia, kata Biden, akan menganggap Rusia bertanggung jawab.

Biden menambahkan, dirinya akan menyampaikan pidato kepada rakyat Amerika mengenai beragam konsekuensi yang akan dihadapi Rusia.

China tidak terburu-buru menyimpulkan 'invasi'

Respons awal China soal pengerahan militer Rusia ke Ukraina adalah mengkritik media Barat.

Ketika ditanya apakah yang terjadi di Ukraina saat ini adalah invasi, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, berkata "konteks sejarah rumit" dan situasi saat ini "disebabkan beragam faktor".

Pertanyaan apakah kondisi di Ukraina adalah 'invasi' disebut sebagai "tipikal metode bertanya media Barat". Kementerian Luar Negeri berkata "kami tidak akan terburu-buru pada sebuah kesimpulan".

Diplomat senior China, Wang Yi, mengatakan China memahami kekhawatiran keamanan Rusia.

China dan Rusia kini punya kemitraan strateigis yang bertujuan melawan pengaruh AS. Kemitraan ini dibuat dalam pertemuan Putin dan Presiden Xi Jinping sebelum Olimpiade Musim Dingin di Beijing.

Di Ukraina, Kedutaan Besar China mengirim pesan kepada semua warga China yang bermukim di negara tersebut.

Kedutaan China menganjurkan warganya untuk mengibarkan bendera China pada mobil dan "saling membantu" serta menunjukkan "kekuatan China".

Respons Iran dan Turki

Iran menyeru agar ada solusi politik. Namun, menteri luar negeri Iran menyalahkan NATO yang membuat provokasi sehingga terjadi krisis di Ukraina.

Secara terpisah, Ukraina meminta Turki sebagai anggota NATO untuk menutup akses bagi kapal-kapal Rusia di Selat Bosphorus dan Dardanelles.

Turki mengatakan bakal mempertimbangkan permintaan tersebut seraya mendukung integritas teritorium Ukraina.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI