Suara.com - Sedikitnya 137 orang termasuk tentara dan warga sipil tewas pada hari pertama serangan Rusia di Ukraina, kata presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, Jumat (25/2/2022).
Volodymyr Zelensky memberikan data awal tentang jumlah korban tewas dalam pesan video di Facebook, lansir kantor berita resmi Ukraina Ukrinform sebagaimana disadur dari laman kantor berita Anadolu.
Dia juga mengatakan bahwa "kelompok sabotase musuh" telah memasuki ibu kota Kyiv dan meminta masyarakat berhati-hati dan mengikuti aturan jam malam.
Krisis Donbas
Baca Juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy: Saya Target Nomor Satu Rusia
“Revolusi Maidan” pada Februari 2014 di Ukraina menyebabkan mantan Presiden Viktor Yanukovych melarikan diri dari negara itu dan pemerintah pro-Barat berkuasa di Ukraina.
Perkembangan itu diikuti pencaplokan wilayah Krimea oleh Rusia secara ilegal dan kelompok separatis di sana mendeklarasikan kemerdekaan di wilayah Donetsk dan Luhansk di Donbas di timur Ukraina, yang keduanya memiliki populasi etnis Rusia yang besar.
Ketika bentrokan meletus antara pasukan separatis yang didukung Rusia dan tentara Ukraina, perjanjian Minsk 2014 dan 2015 ditandatangani di Moskow setelah intervensi kekuatan Barat.
Konflik di sana berlangsung selama bertahun-tahun dengan pelanggaran gencatan senjata terus-menerus. Sekitar 14.000 orang tewas dalam konflik di Ukraina timur hingga Februari 2022.
Ketegangan mulai meningkat akhir tahun lalu ketika Ukraina, AS dan sekutunya menuduh Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara di perbatasan Ukraina.
Baca Juga: DPR Desak Kemenlu Gerak Cepat Siapkan Skenario Evakuasi WNI Dari Ukraina
Mereka mengklaim Rusia sedang bersiap untuk menyerang tetangga baratnya Ukraina, tuduhan yang secara konsisten ditolak oleh Moskow.
Menantang ancaman sanksi oleh Barat, Moskow secara resmi mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka, diikuti dengan dimulainya operasi militer di Ukraina pada Kamis 24 Februari.
Putin mengatakan operasi itu bertujuan untuk melindungi orang-orang yang “menjadi sasaran genosida” oleh Kyiv dan “demiliterisasi dan denazifikasi” Ukraina, sambil menyerukan tentara Ukraina untuk meletakkan senjatanya.