Minta Wanita LGBT dan Pembunuh Bayaran Dihukum Mati, Keluarga Chef Ficky: Enak Banget Nyawa Orang Diambil

Kamis, 24 Februari 2022 | 18:28 WIB
Minta Wanita LGBT dan Pembunuh Bayaran Dihukum Mati, Keluarga Chef Ficky: Enak Banget Nyawa Orang Diambil
Dua tersangka eksekutor pembunuhan Ficky Firlana di TPU Kober saat menjalani rekonstruksi polisi, Kamis (24/2/2022). (Suara.com/Yasir)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keluarga meminta agar dalang dan pembunuh bayaran yang telah menghabisi Chef Ficky Firlana di Pemakaman Chober, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan bisa dihukum mati. Chef Ficky tewas karena Leli, wanita penyuka sesama jenis cemburu buta karena wanita yang disukainya, Hilda berpacaran dengan korban.

“Mudah-mudahan untuk ke depannya hukumannya setimpallah. Kalau bisa ya hukuman mati,” tegas Bowo, saudara korban kepada wartawan saat menghadiri rekonstruksi kasus pembunuhan terhadap Ficky di Pemakaman Chober, Kamis (24/2/2022). 

Dia mengatakan apa yang dirasakan Ficky harus dirasakan juga oleh ketiga pembunuhnya. 

“Apa yang sudah sepupu saya rasakan biar dia merasakan juga. Bagaimana rasanya. Enak banget nyawa orang diambil,” ungkapnya. 

Baca Juga: Chef Ficky Dibunuh Wanita LGBT Gara-gara Cemburu Buta, Pacar Sakit Hati ke Leli: Saya Gak Bakal Maafkan!

Bahkan diakuinya, saat para pelaku melakukan reka adegan menghabisi nyawa saudaranya, dia mengaku sangat geram. 

"Kesel bangat, kalau bisa saya ikut nembak, saya ikut nembak juga,” ujarnya geram. 

Leli diduga tega menghabisi nyawa Ficky karena terbakar api cemburu cinta sesama jenis. Sebab korban berhubungan asmara dengan Hilda yang dia klaim sebagai kekasihnya. 

Bantah Asmara Sesama Jenis

Hilda membantah hubungannya dengan Leli sebagai pasangan kekasih. Dia menegaskan mereka hanya sekedar teman. Klaim Leli menurutnya hanya sepihak. 

Baca Juga: Cemburu Buta Wanita LGBT Berujung Tewasnya Chef Ficky, Hilda Bantah Punya Asmara Sesama Jenis dengan Leli

"Iya itu sepihak. Itu kan pengakuan dari Leli. Saya waktu dimintain keterangan awal pun, saya jelasin dari awal saya gimana ke dia," kata Hilda saat ditemui wartawan di lokasi kejadian, Kamis.

LM, wanita LGBT sekaligus dalang saat dihadirkan dalam rekonstruksi kasus pembunuhan Ficky Firlana alias Abun di Pemakaman Chober, Pesanggrahan, Jaksel. (Suara.com/Yaumal)
LM, wanita LGBT sekaligus dalang saat dihadirkan dalam rekonstruksi kasus pembunuhan Ficky Firlana alias Abun di Pemakaman Chober, Pesanggrahan, Jaksel. (Suara.com/Yaumal)

Bahkan Hilda menyebut, Leli sempat berpesan kepadanya bahwa hubungan mereka hanya sekedar pertemanan. 

"Karena dia tuh pernah bilang, jangan gimana-mana ya mikirnya," ungkap Hilda. 

Diakuinya, mengenal Leli sejak 2014 hingga 2017. Keduanya bertemu karena sempat bekerja di tempat yang sama. Leli, kata Hilda memang baik kepadanya. Saat anaknya masih kecil, dia pernah membeli susu. 

Hilda pun merasa kebaikan Leli kepadanya hanya hubungan pertemanan saja. Sebab perlakuan Leli ke teman  perempuannya yang lain juga sama. 

"Karena yang saya liat, enggak ke saya saja. Sama temen cewek yang lain pun sama seperti itu. Jadi saya enggak ada kecurigaan dia anggap saya lebih. Karena saya pacaran sama almarhum (Ficky) dia tahu, enggak saya tutupin," ujarnya. 

Cemburu Buta Wanita LGBT

Seperti diketahui, Leli tega membunuh Ficky, karena terbakar api cemburu cinta sesama jenis. Sebab Hilda,  perempuan yang disukainya menjalin hubungan asmara dengan Ficky. Korban dibunuh seusai pulang dari rumah Hilda pada Kamis (10/2/2022) lalu.

"Adapun motif yang melatar belakangi kejahatan ini di antaranya adalah bahwa pelaku utama yaitu saudari LM ini diduga memiliki kelainan seksual yaitu yang bersangkutan seorang lesbi,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Endra Zulpan di Polres Metro Jakarta Selatan, Senin (14/2/2022) lalu. 

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan memberikan keterangan pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (27/12/2021). [Suara.com/Muhammad Yasir]
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan. [Suara.com/Muhammad Yasir]

Untuk menghabisi nyawa korban, Leli membayar MYL dan DR. Kata Zulpan sebelum melakukan pembunuhan, keduanya telah menerima uang sekitar Rp 500 ribu, sebagai uang muka. 

“Masing-masing 1 juta. Baru Rp 500 (mereka terima) DP-nya lah seperti itu,” kata Zulpan. 

Jasad Ditemukan di Kuburan hingga Pacar Pingsan

Umi (54), ibu dari Hilda sebelunnya mengatakan sebelum tewas, Ficky sempat datang ke rumahnya pada Rabu (9/2/2022) malam sekitar pukul 21.00 WIB. 

Diakuinya, Ficky memang sering berkunjung ke rumahnya, setelah pulang bekerja sebagai chef sebuah restoran di kawasan Puri Kembangan, Jakarta Barat. 

Pada saat itu, korban bersama Hilda serta rekannya yang lain nongkrong hingga hingga subuh din ihari di balai depan rumah Umi. Sekitar pukul 03.30 WIB, korban pamit pulang duluan. 

"Dia pulang duluan. Pas dia balik, sudah pada masuk duluan (tongkrongan bubar)," kata Umi saat ditemui wartawan di lokasi. 

Kasus pembunuhan itu terungkapn saat keponakan Umi berinisial T hendak pergi ke pasar. Namun di tengah perjalanan, T mengaku kaget karena melihat ada jenazah pria dalam kondisi terlentang di jalan setapak di area kuburan.

"Dia ketakutan sampai gemetar, di kuburan ada mayat," ujar Umi. 

Untuk diketahui, jarak balai tempat korban nongkrong dengan penemuan jenazahnya hanya berjarak sekitar 80 meter. 

T yang sebelumnya hendak ke pasar, putar balik ke rumahnya. Dia memberitahu jenazah yang dilihatnya. Mendengar itu Hilda lantas bertanya pakaian yang digunakan jenazah. 

"Sama anak saya ditanya, pakai bajunya apa? (Ternyata) warna hitam," ujar Umi. 

Mendengar itu, Hilda sudah menduga jika jenazah tersebut adalah rekannya Abun. Hinggap akhirnya Hilda bersama Umi dan T, mendatangi lokasi penemuan jenazah korban. 

"Terus saya anterin ke sana, pas dilihat, 'iya Mak, itu Abun, bajunya,' sampai anak saya pingsan, digotong," ujar Umi. 

Setelah itu, Umi dan Hilda langsung menghubungi RT setempat. Keduanya juga melaporkan peristiwa itu kepada pihak kepolisian. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI