Arab Saudi Rayakan Ulang Tahun Negara, Pilih Tanggal yang Sisihkan Pengaruh Wahabi

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 23 Februari 2022 | 13:26 WIB
Arab Saudi Rayakan Ulang Tahun Negara, Pilih Tanggal yang Sisihkan Pengaruh Wahabi
Mulali tahun ini ulang tahun Arab Saudi dirayakan setiap 22 Februari. Hari ketika Muhammad bin Saudi bertahta di Diriyah. Foto: Putra mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman. (BANDAR AL-JALOUD / AFP / SAUDI ROYAL PALACE)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Arab Saudi untuk pertama kalinya merayakan hari jadi atau hari ulang tahun negara pada 22 Februari kemarin. Pemilihan tanggal ini dinilai untuk menjauhkan negara dari pengaruh Wahabi.

Pada Januari lalu pemerintah Saudi mengeluarkan dekrit yang memutuskan bahwa tanggal 22 Februari adalah hari libur nasional untuk memperingati ulang tahun negara, hari penobatan "Imam Muhammad bin Saud" yang menandai didirikannya Kerajaan Saudi.

"Merayakan hari jadi negara adalah merayakan sejarah, persatuan rakyat, keteguhan menghadapi tantangan dan menggapai cita-cita masa depan," tulis Raja Salman di Twitter pada 22 Februari kemarin.

Dalam perayaan itu pemerintah Saudi menggelar berbagai acara mulai dari pementasan musik, kembang api, pertunjukkan drone, dan lain-lain. Sebanyak 3.500 artis tampil dalam acara tersebut.

Baca Juga: Gokil! Pertama di Dunia, Arab Saudi Buat Permainan Squid Game Nyata di Riyadh

Imam Besar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Abdurrahman As-Sudais saat meluncurkan Inisiatif Hajar Aswad Virtual di Arab Saudi pada 13 Desember 2021. [Facebook/Haramain]
Imam Besar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Abdurrahman As-Sudais saat meluncurkan Inisiatif Hajar Aswad Virtual di Arab Saudi pada 13 Desember 2021. [Facebook/Haramain]

Perayaan itu memperingati hari ketika Muhammad bin Saud, pendiri negara Saudi pertama, menguasai Diriyah, sebuah kota kecil yang kini terletak di ujung barat laut Riyadh.

Berdirinya negara Saudi pertama ini tercatat pada tahun 1727, sekitar 18 tahun sebelum Bin Saud menjalin persekutuan dengan Muhammad bin Abdul Wahab, pendakwah peletak dasar doktrin Wahabi.

Dalam relasi ini, Wahabi berperan untuk memberikan legitimasi atas kekuasaan keluarga Saud, termasuk kelak atas dua kota suci Makkah dan Madinah. Sementara kerajaan menjadikan doktrin Wahabi sebagai ajaran utama dan menyediakan dana yang menyokong penyebaran ajaran tersebut ke seluruh dunia.

"Muhammad bin Abdul Wahab sedang dihapus dari sejarah Arab Saudi," kata Kristin Diwan, pengamat Timur Tengah dari Institut Negara-negara Teluk Arab di Washington, Amerika Serikat.

"Ini adalah bentuk nasionalisme baru Saudi. Mereka merayakan keluarga Al Saudi dan menepikan peran agama dalam pembentukan negara," imbuh dia.

Baca Juga: Puluhan Ribu Pelamar Minati Posisi Masinis Perempuan di Arab Saudi

Para penonton menyaksikan ajang gulat 2022 WWE Elimination Chamber di Jeddah Super Dome, Kota Jeddah, Arab Saudi pada 19 Februari 2022. [AFP]
Para penonton menyaksikan ajang gulat 2022 WWE Elimination Chamber di Jeddah Super Dome, Kota Jeddah, Arab Saudi pada 19 Februari 2022. [AFP]

Setelah Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman menjadi penguasa de facto Arab Saudi, menyusul penobatan ayahnya Salman sebagai Raja Arab Saudi pada 2015 lalu, pengaruh Wahabi mulai perlahan dicabut.

Polisi syariah, yang tadinya punya kekuasaan sangat besar di Arab Saudi, kini dilucuti wewenangnya. Perempuan yang tadinya dikekang kini diberi keleluasaan di ruang publik seperti boleh menyetir, menyaksikan pertandingan sepak bola bersama penonton lelaki, dan boleh bekerja.

Selain itu Arab Saudi juga sudah mengizinkan pemutaran film, konser musik, gulat WWE, serta acara hiburan lainnya.

Majelis Syura Saudi juga telah menyetujui usulan untuk mengubah bendera serta lagu kebangsaan Arab Saudi. Belum diketahui perubahan apa yang akan dilakukan pada bendera dan lagu kebangsaan tersebut.

Sebelumnya Arab Saudi merayakan Hasi Nasional pada 23 September, untuk merayakan kemenangan Al Saud atas suku-suku di kawasan Hijaz dan penaklukan atas dua kota suci, Makkah serta Madinah pada 1925. Kerajaan ini mulai menggunakan nama Arab Saudi pada 1932. [Reuters/Al Arabiya]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI