Kata Novel, KPK memiliki budaya yang dijadikan panduan dalam melakukan kerja-kerjanya memberantas korupsi.
“Tentu budaya organisasinya adalah integritas, kejujuran, profesional (guna) menghindari konflik kepentingan dan sebagainya,” ujarnya.
Menurutnya, adanya kerusakan budaya kerja di KPK akan berpengaruh terhadap insan-insan di lembaga antikorupsi.
“Maka pelaksana tugasnya bermasalah, juga akan mempengaruhi perilaku insan yang bertugas di dalamnya, penegakan etik juga akan bermasalah,” kata Novel.
“Sehingga akan banyak membuat kinerja yang tidak efektif,” imbuhnya.
Novel pun mengungkapkan perusakan budaya KPK sama saja dengan menghancurkan bagian dasarnya.
![Baliho bergambar wajah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Firli Bahuri terpasang di pinggir jalan. Baliho itu bertuliskan slogan yang menyatakan pemberantasan tindak pidana korupsi. [Twitter]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/02/19/81980-baliho-firli-bahuri.jpg)
“Merusak budaya organisasi merupakan pelemahan/penghancuran KPK yang sangat mendasar,” tegasnya.
Sebelumnya, jagat media sosial dihebohkan dengan beredar foto baliho yang memampangkan wajah Firli Bahuri. Di dalamnya dituliskan pesan anti-korupsi, ‘Siapa Saja Yang Korupsi Kita Tangkap.’
Belakangan, lewat akun Twitter pribadinya, @filribahuri membantah baliho tersebut dibuat olehnya.
“Terima kasih kirimannya sahabat, terus terang saya tidak tahu siapa dan di mana itu di pasang. Masyarakat yg banyak aspirasinya banyak. Jika itu dimaksudkan untuk mendukung kerja KPK, saya mengucapkan terima kasih. KPK adalah penegak hukum yang independent. Salam Anti Korupsi,” tulisnya pada Sabtu (19/2/2022) seperti dikutip Suara.com.