Temuan Artefak Ini Ungkap Ada Menu Cepat Saji Di Zaman Kuno Kota Pompeii

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 21 Februari 2022 | 11:45 WIB
Temuan Artefak Ini Ungkap Ada Menu Cepat Saji Di Zaman Kuno Kota Pompeii
Turis berjalan di situs arkeologi Pompeii di kaki Gunung Vesuvius. (AFP/Tiziana Fabi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hanya dalam beberapa jam yang mengerikan, Pompeii berubah dari kota yang ramai dan hidup menjadi kota mati, ketika diselimuti lahar dari letusan gunung berapi yang dahsyat pada tahun 79 M.

Kemudian pada abad ini, Pompeii tampaknya berada dalam jurang kematian kedua, terabaikan selama puluhan tahun, salah urus, dan minimnya pemeliharaan rutin pada reruntuhan yang banyak dikunjungi turis itu.

Akan tetapi Pompeii sekarang terlahir kembali. Proyek pengerjaan sedang dilakukan untuk melestarikan sejumlah reruntuhan sekaligus mencegah kerusakan lebih lanjut.

Menyadur laman VOA Indonesia, Senin (21/2/2022), Gabriel Zuchtriegel, Direktur Jenderal Taman Arkeologi Pompeii mengemukakan, "Proyek Great Pompeii ini bagaikan menerbangkan pesawat kembali ke udara dan benar-benar merupakan suatu upaya yang hebat untuk mengubah banyak hal, yang berhasil. Yang masih harus dilakukan adalah mengkaji berapa ketinggian terbang yang tepat untuk pesawat tersebut."

Baca Juga: Hii... Ilmuwan Temukan Mumi Bekas Budak di Pompeii

Di bawah arahan direktur baru taman arkeologi itu, seorang pakar muda kelahiran Jerman, teknologi inovatif – termasuk drone, robot, dan kecerdasan buatan – digunakan dalam upaya untuk memulihkan beberapa kejayaan Pompeii yang hampir lenyap termasuk mengurangi dampak terbaru dan bahaya — perubahan iklim.

Proyek Great Pompeii itu — memperoleh pemasukan dalam dana Uni Eropa sekitar 100 juta euro dengan ketentuan dibelanjakan dengan cepat dan efektif — sangat membantu upaya penyelamatan sejumlah reruntuhan.

Jasad tuan dan budak korban letusan Gunung Pompeii.[Luigi Spina/Parco Archeologico/EPA]
Jasad tuan dan budak korban letusan Gunung Pompeii.[Luigi Spina/Parco Archeologico/EPA]

Sepertiga dari 66 hektar wilayah Pompeii masih terkubur dalam di bawah lapisan batu lava. Perdebatan yang berlangsung lama berpusat pada apakah keadaan itu harus tetap dibiarkan seperti itu.

Arkeolog Alessandro Russo menguraikan, "Pompeii adalah tempat yang luar biasa yang memungkinkan pengumpulan banyak informasi tentang kehidupan sehari-hari orang-orang jaman dulu. Sejumlah tempat mempertahankan posisi aslinya melalui jejak pakaian dan peralatan perabot rumah tangga. Sekelompok keluarga sangat sering ditemukan dalam reruntuhan di Pompeii. Ini adalah konteks yang luar biasa bagi pekerjaan seorang arkeolog dan sangat informatif."

Di ujung jalan Via del Vesuvio, pemindahan berton-ton tanah tahun 2018 lalu mengungkapkan rumah-rumah kalangan menengah ke atas, dengan dinding kamar tidur berhiaskan lukisan dinding kecil yang sensual, menggambarkan dewa Romawi Jupiter yang menyamar sebagai angsa dan menghamili Leda, ratu Sparta seperti dalam legenda.

Baca Juga: Kisah Runtuhnya Pompeii, Kota Hancur dalam 15 Menit Usai Vesuvius Meletus

Temuan-temuan baru itu menggambarkan sekilas mengenai kebiasaan makan dan selera sebagian besar penduduk Pompeii yang pada umumnya tidak mampu memiliki dapur, sementara kaca mata perbedaan kelas sosial semakin digunakan pada beberapa penemuan baru tersebut.

Berdasarkan fosil dan artefak yang ditemukan dalam sejumlah wadah, menu tersebut menampilkan ramuan dengan bahan-bahan seperti ikan, siput, dan bebek. Makanan cepat saji yang dinikmati di jalan, kemungkinan besar menjadi andalan mayoritas penduduk Pompeii pada umumnya ketika itu.

Kota Pompeii (Pixabay/falco)
Kota Pompeii (Pixabay/falco)

Iklim ekstrem, termasuk curah hujan yang semakin intensif dan panas yang menyengat, dapat mengancam masa depan Pompeii.

Pengamatan dengan mata telanjang terhadap kerusakan akibat iklim pada beberapa lantai mosaik dan dinding fresko di sekitar 10.000 kamar vila, toko, dan rumah sederhana yang digali dari penduduk Pompeii yang musnah tidak mungkin bisa dilakukan.

Jadi, kecerdasan buatan dan drone dapat membantu mengirimkan data-data dan gambar.

Sebagai daya tarik unik budaya yang dikelola pemerintah Italia, Pompeii kini memulai inisiatif penggalangan dana. (Sumber: VOA Indonesia)

REKOMENDASI

TERKINI