Suara.com - Sejumlah konsumen di Pasar Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, mengeluhkan kelangkaan stok tahu dan tempe akibat perajin di seluruh Jabodetabek melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari.
Berdasarkan pantauan di Pasar Rawasari, sejumlah lapak pedagang yang biasa menjajakan tahu dan tempe tampak kosong.
"Iya kok kosong semua. Padahal, saya mau beli tahu tempe, bingung juga, karena orang tua saya tidak makan ikan dan daging. Semoga secepatnya harga kedelai bisa normal lagi," kata salah satu konsumen Rahma, di Pasar Rawasari Jakarta Pusat, Senin.
Sementara itu, Jangkung, salah satu tukang sayur yang mengambil tahu tempe di Pasar Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat, juga terpaksa tidak menjajakan tahu dan tempe di gerobaknya.
Baca Juga: Jangan Kaget jika Tahu dan Tempe Bakal Jadi Barang Langka Besok, Ini Penyebabnya
"Ya memang dari Jumat itu harga sudah mahal. Jadi, saya ambil tahu tempenya juga tidak banyak seperti biasa. Sekarang sudah tidak kaget lagi kalau dari pasar induk tidak jual. Sudah di-bilangin mau mogok," kata Jangkung.
Mogok Produksi
Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakarta Pusat, Khairun, mengatakan aksi mogok produksi dilakukan serentak oleh seluruh perajin tahu tempe di Jabodetabek.
"Semua produsen di Jabodetabek udah tutup karena kalau tidak ditutup akan di-'sweeping' oleh teman-teman kita juga, karena ini serentak dilakukan," kata Khairun.
Khairun menjelaskan bahwa aksi ini terpaksa dilakukan agar pemerintah yakni Kementerian Perdagangan dapat melakukan intervensi atas tingginya harga kedelai impor yang saat ini mencapai Rp12.000 per kg di tingkat perajin.
Baca Juga: Ratusan Perajin Tahu Tempe di Jabodetabek Siap Mogok Produksi Mulai Besok
Padahal, harga kedelai impor normalnya berkisar Rp 9.500 sampai Rp 10.000 per kg. (Antara)