Suara.com - Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menyoroti pertemuan antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil baru-baru ini di Jakarta.
Melansir Wartaekonomi.co.id -- jaringan Suara.com, ia melalui akun twitter-nya menyebutkan bahwa keduanya tidak memiliki modal atau fulus. Dia pun mendoakan agar Anies dan Ridwan Kamil atau RK mendapat tiket gratis di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
"Dua-duanya kayaknya gak punya fulus, Kita doakan dapat tiket gratis," kata Fahri dalam cuitannya, Kamis (17/2) malam.
Menanggapi hal tersebut, salah satu relawan Anies, Sismono La Ode, mengatakan bahwa cuitan tersebut merupakan autokritik. Ia meyakini cuitan tersebut didasari oleh sistem yang saat ini terjadi di Indonesia.
Baca Juga: PTUN Kabulkan Sebagian Gugatan Warga Terhadap Anies, Pemprov DKI: Kami Hormati Putusan Itu
"Kami dari relawan bala Anies justru menganggap bahwa cuitan Fahri Hamzah ini sebagai autokritik kepada kita, pada sistem demokrasi kita yang memang saat ini seolah-olah dikuasai oleh segelintir kepentingan yang biasa disebut oligarki," ujarnya saat dihubungi tim Warta Ekonomi, Sabtu (19/02).
Terkait uang atau fulus yang disebutkan sebelumnya oleh Fahri Hamzah, Sismono menggapa bahwa keduanya memang tidak memiliki fulus serta tidak memiliki partai, tetapi tetap memiliki potensi yang kuat dalam memimpin.
"Namun, apakah Pak Fahri Hamzah kontra terhadap pemimpin ini saya rasa tidak, justru beliau ingin menyampaikan pesan tegas dan keras kepada masyarakat bahwa demokrasi saat ini dikuasai oleh segelintir kepentingan yang punya kekuasaan," katanya.
Ia mengungkapkan lebih lanjut bahwa ketika ingin menjadi seorang pemimpin, uang bukanlah segala-galanya.
"Nah, sekarang kita lihat realitasnya soal fulus itu. Memang menjadi hal yang sangat penting dalam pemilihan apapun dia, tidak hanya presiden, bupati, walikota, gubernur bahkan lurah itu fulus sangat penting, tapi itu bukan satu-satunya," jelasnya.
Lebih lanjut Sismono juga menegaskan, makna dalam arti kata "tidak punya duit" bukan secara harfiah. Ia menyampaikan bahwa tidak memiliki uang itu artinya dalam hitungan politik.
"Tolong dimaknai bahwa yang saya katakan tidak punya duit tidak punya fulus itu bukan berarti tidak punya duit ya, pasti ada lah masa pemimpin nggak punya. Tapi maksud ini mereka tidak memiliki fulus dalam hitungan politik. Nanti bakal tahu sendirilah kalau sudah menjadi bupati itu berapa kira-kira ongkos politiknya termasuk gubernur, apalagi presiden ya," pungkasnya.