Isu Fenomena Chemtrails Akibatkan Mewabahnya Omicron, BMKG: Teori Konspirasi Membuat Kepanikan Publik

Kamis, 17 Februari 2022 | 05:35 WIB
Isu Fenomena Chemtrails Akibatkan Mewabahnya Omicron, BMKG: Teori Konspirasi Membuat Kepanikan Publik
Ilustrasi Omicron Covid-19. [Envato]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG buka suara mengenai beredarnya isu penyebaran varian Omicron melalui chemtrails.

Plt Deputi Bidang Klimatologi, Urip Haryoko mengatakan isu chemtrails dapat diklasifikasikan sebagai teori konspirasi yang menyebar dan membuat kepanikan publik.

Kata Urip, Chemstrails merupakan gabungan chemistry (kimia) dan trails (jejak), yang dimaknai sebagai penyebaran zat kimia tertentu (biasanya beracun atau berbahaya) melalui pesawat terbang. Oleh karena penyebarannya dilakukan dari udara, dampak terhadap paparan zat kimia ini dapat dirasakan secara luas dan sulit untuk dimitigasi.

Urip memaparkan, penelitian yang ditulis J. Marvin Herndon dan timnya berjudul Chemtrails are Not Contrails: Radiometric Evidence menyebut bahwa sampai saat ini, klaim chemtrails dan dampak negatifnya tidak terbukti.

"Belum ada laporan resmi atau publikasi ilmiah yang menyebutkan keberadaan, apalagi akibat buruk yang dapat ditimbulkan. Salah satu kajian menunjukkan bahwa klaim chemtrails tidak benar karena tidak ada kandungan zat kimia yang berbahaya dari jejak yang ditinggalkan oleh pesawat terbang," ujar Urip mengutip laporan yang tayang di Journal of Geography, Environment and Earth Science International, Maret 2020, dalam keterangannya, Rabu (16/2/2022).

Kabar penyebab wabah Omicron melalui chemtrails beredar di media sosial. Salah satunya video yang menampilkan awan mirip sisa pesawat yang direkam warganet di Buah Batu, Kota Bandung, Jawa Barat, pada 7 Februari 2022.

Urip menyebut, apa yang disebut chemtrails yaitu condensation trails atau sering disingkat sebagai contrails. Contrails adalah fenomena yang terjadi di udara akibat emisi dari mesin jet pesawat terbang yang bertemu dengan udara pada temperatur yang sangat rendah.

Proses pembentukan contrails diinisiasi oleh emisi uap air pada temperatur tinggi dari mesin jet pesawat terbang yang dengan cepat bertemu dengan udara pada temperatur yang sangat rendah. Pertemuan ini berturut-turut dilanjutkan dengan proses kondensasi (perubahan uap air menjadi air) dan proses sublimasi (air menjadi kristal es).

"Proses ini dapat disetarakan dengan proses pembentukan awan," kata Urip.

Baca Juga: BMKG: Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

Meski demikian, keberadaan contrails di udara kata Urip bergantung pada kondisi atmosfer seperti penyinaran matahari, perbedaan temperatur, dan wind shear (perubahan instan arah dan kecepatan angin).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI