Dorce Gamalama dan Polemik Wasiat Ingin Dimakamkan Sebagai Perempuan

Siswanto Suara.Com
Rabu, 16 Februari 2022 | 10:12 WIB
Dorce Gamalama dan Polemik Wasiat Ingin Dimakamkan Sebagai Perempuan
Artis Dorce Gamalama. [suara.com/Sumarni]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Artis Dorce Gamalama meninggal dunia pada Rabu (16/2/2022), sekitar pukul 07.30 WIB, di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Simprug, Jakarta. Dorce yang sering dipanggil Bunda Dorce meninggal dalam usia 58 tahun, setelah tiga pekan berada di rumah sakit.

Sahabat Dorce, Hetty Sunjaya, mengatakan Dorce meninggal dunia karena Covid-19.

Hetty menyebutkan kondisi kesehatan Dorce sempat menurun dan tidak sadarkan diri sehingga dilarikan ke RSPP, Simprug.

Hetty yang merupakan penyanyi dangdut itu meminta kepada masyarakat untuk memaafkan semua kesalahan Dorce.

Baca Juga: Dorce Gamalama Meninggal Dunia, Sahabat Minta Masyarakat Indonesia Memaafkan Kesalahannya dan Berdoa

Dorce terlahir sebagai lelaki dan pada tahun 1983, dia melakukan operasi pergantian kelamin.

Beberapa waktu yang lalu muncul polemik di tengah permintaan Dorce agar dia dimakamkan sebagai seorang perempuan.

Seorang penceramah, Buya Yahya, menyarankan supaya Dorce dimakamkan sesuai kodrat awalnya, yaitu sebagai lelaki.

"Cara merawat jenazahnya laki-laki, karen dia bukan perempuan sesungguhnya. Hanya dibuatkan alat seperti alat perempuan, tidak akan berubah menjadi perempuan kecuali yang terbukti kelaki-lakiannya atau perempuannya," kata Buya Yahya.

Buya Yahya menyebut orang yang berubah alat kelaminnya adalah tetap ahli iman. Selama dia tidak meninggalkan Islam.

Baca Juga: Satu Keinginan Dorce Gamalama yang Tak Terwujud Sebelum Meninggal

"Dia tetap ahli iman, bukan keluar dari iman, kalau meninggal ya semoga Allah ampuni," kata dia.

"Tapi kalau sudah meninggal jangan didosa-dosakan, wong dia orang beriman kok." 

Demikian pula tokoh dari Nahdlatul Ulama Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah menjelaskan bahwa pemakaman Dorce sebaiknya tetap dimakamkan sebagai laki-laki sesuai kodrat asalnya saat dia dilahirkan.

"Yang saya tahu beliau ini terlahir sebagai laki-laki kemudian dioperasi menjadi perempuan. Kalau kondisi seperti ini, secara fiqih dia tetap laki-laki. Artinya, sepanjang yang saya tahu, pemakamannya tentu kembali ke kodrat asal saat dia dilahirkan," kata Gus Miftah.

"Jadi kalau beliau dilahirkan dalam keadaan laki-laki, seyogyanya dimakamkannya juga secara laki-laki." 

Beda halnya dengan kasus mantan atlet voli wanita Aprilia Manganang yang beberapa waktu lalu dinyatakan berjenis kelamin laki-laki, Gus Miftah mengatakan sang mantan atlet itu dapat dimakamkan secara laki-laki karena memiliki dasar kuat dari segi medis.

"Jadi memang dalam surat Al-Hujarat itu Allah menciptakan dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Di fiqih, ada jenis kelamin ketiga namanya khunsa, orang yang dalam tanda kutip berjenis kelamin dua. Nah, dia mau dijadikan perempuan atau laki-laki itu harus melalui analisa medis," kata Gus Miftah.

"Tadinya kan (Aprilia Manganang) perempuan, setelah dianalisa secara medis ternyata laki-laki. Jadi kalau memang dia cenderungnya perempuan, maka alat kelamin laki-lakinya dihilangkan tentunya dengan rekomendasi medis." 

Gus Miftah menegaskan bahwa meskipun seseorang berwasiat untuk dimakamkan secara perempuan padahal kodratnya adalah laki-laki, wasiat tersebut tidak harus dilakukan karena melanggar syariat.

"Wasiat itu harus dilakukan jika ada kebaikan di dalamnya. Tapi kalau melanggar syariat, melanggar perintah agama, tentunya tidak harus dilakukan," kata dia.

Dorce kemudian menanggapi pernyataan para tokoh agama. Dorce ingin wasiatnya memicu perdebatan.

"Assalamualaikum, kepada kyai, ustaz-ustaz yang telah menerangkan keadaan mati saya, siapa yang akan memandikan saya, siapa yang akan mengubur saya, biarkan keluarga saya yang mengurusnya," ujar Dorce.

"Mau kain kafannya 7 lapis, 8 lapis, saya serahkan kepada yang mengurus. Mau laki-laki boleh, perempuan boleh, laki perempuan boleh, siapa saja boleh yang memandikan saya." 

Dorce meminta para tokoh agama supaya tidak memberikan komentar buruk tentang wasiatnya sehingga yang bisa membuat kegaduhan di masyarakat.

"Jadi kyai-kyai yang sudah terkenal sekalipun, jangan memberikan komentar yang kurang baik," ujar Dorce.

"Harusnya Anda seorang kyai memberikan suguhan dan juga imbauan kepada siapapun. Karena saya juga manusia yang mempunyai tanggung jawab hidup dan mati saya." 

REKOMENDASI

TERKINI