Profil Sunan Kalijaga, Anggota Walisongo yang Disebut-sebut Sebagai Pencipta Wayang Kulit

Rifan Aditya Suara.Com
Selasa, 15 Februari 2022 | 13:40 WIB
Profil Sunan Kalijaga, Anggota Walisongo yang Disebut-sebut Sebagai Pencipta Wayang Kulit
Profil Sunan Kalijaga, Anggota Walisongo yang Disebut-sebut Sebagai Pencipta Wayang Kulit - Sunan Kalijaga Walisongo (YouTube ASKAMZA channel)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Baru-baru ini polemik wayang pun dikaitkan dengan ajaran Islam terkait haram dan tidaknya. Tahukah kalian bahwa ada tokoh Islam Nusantara yang juga disebut-sebut sebagai pencipta wayang kulit? Dia adalah Sunan Kalijaga. Menarik untuk diketahui profil Sunan Kalijaga tersebut.

Indonesia memiliki budaya dan kesenian yang disebut dengan wayang. Dulunya, Wayang ini menjadi media dakwah Sunan Kalijaga karena wayang sangat digemari oleh masyarakat pada jamannya. Profil Sunan Kalijaga identik dengan dakwah dengan pendekatan budaya yaitu melalui wayang kulit.

Sunan Kalijaga menjadi dalang dan memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Lantas, apakah Anda sudah tahu profil Sunan Kalijaga selengkapnya? 

Profil Sunan Kalijaga secara singkat akan dibahas dalam artikel ini. Berikut ulasan singkat tentang profil Sunan Kalijaga.

Baca Juga: Ustadz Khalid Basalamah Minta Maaf : Tidak Ada Kata-kata Mengharamkan Wayang

Sebelum Menjadi Sunan Kalijaga, Namanya Raden Syahid

Sunan Kalijaga adalah nama pemberian Sunan Bonang untuk Raden Syahid. Jadi, sebenarnya Sunan Kalijaga adalah putra seorang adipati Tuban Tumenggung Wilatikta.

Raden Syahid berbuat hal yang tidak dapat dimaafkan ayahnya sehingga diusir dari Tuban. Raden Syahid berdasarkan penuturan historia.id, membagikan bahan makanan di gudang kadipaten kepada orang-orang yang memerlukannya.

Ayah Raden Syahid, Adipati Tuban Tumenggung Wilatikta tidak suka dengan perbuatan putranya itu kemudian mengusirnya. Raden Sahid ternyata tidak jera, dia justru menjadi pembegal orang-orang kaya di Kadipaten, menjarah kekayaan mereka dan membagi-bagikannya kepada masyarakat yang membutuhkan.

Raden Syahid kemudian diusir keluar dari Kadipaten Tuban. Karena tidak memiliki rumah, Raden Syahid berjalan kaki sampai ke Hutan Jati Wangi.  Di sinilah permulaan perjalanannya sebagai Sunan Kalijaga. Raden Syahid berjumpa dengan Sunan Bonang. 

Baca Juga: Bantah Haramkan Wayang, Ini Klarifikasi Lengkap Ustaz Khalid Basalamah

Menjadi Murid Sunan Bonang

Banyak cerita yang belum diketahui dengan pasti mana yang benar mengenai bagaimana proses Raden Syahid ini menjadi dekat dengan Sunan Bonang. Namun yang pasti Raden Syahid akhirnya menjadi murid Sunan Bonang. Di bawah payung Sunan Bonang, Raden Syahid mendapatkan bimbingan spiritual.

Raden Syahid diminta untuk semedi di pinggir kali sampai Sunan Bonang kembali dalam perjalanannya. Sunan Bonang ternyata harus pergi selama tiga tahun, Sunan Bonang kembali ke tempat di mana ia menjanjikan sesuatu kepada Raden Syahid, lantas Sunan Bonang mendapati Raden Syahid dalam keadaan tubuhnya dirambati oleh rerumputuan. Sunan Bonang pun dapat melihat keteguhan hati Raden Syahid.

Sejak itu, Raden Syahid mendapatkan kepercayaannya dan diajak berguru dengan Sunan Ampel serta Sunan Giri lalu berganti nama menjadi Sunan Kalijaga. Asal usul mengenai perubahan nama ini masih sangat simpang siur. Jadi, sulit untuk dijelaskan dalam artikel singkat ini. 

Ahli Dakwah yang Komplit

Wayang kulit. [shutterstock]
Wayang kulit. [shutterstock]

Banyak peneliti yang telah meneliti profil Sunan Kalijaga ini. Mereka memiliki pendapatnya masing-masing, namun sepakat bahwa Sunan Kalijaga adalah seorang pendakwah yang komplit.

Sebab Sunan Kalijaga tidak hanya mengajarkan spiritual, tetapi juga mengenal budaya masyarkat. Sunan Kalijaga juga seorang cendekiawan, politikus, tasawuf, serta ahli filsafat.

Hal itu dapat dilihat dari karya-karyanya. Sunan Kalijaga menciptakan wayang kulit dan beberapa lagu yang mengandung petuah-petuah tentang kehidupan. Sunan Kalijaga juga menciptakan seni batik bermotif burung dalam beragam bentuk.

Sunan Kalijaga menciptakan berbagai karya, antara lain:

  • Tembang Jawa lir ilir,
  • Seni ukir dedaunan,
  • Alat menggantung gamelan
  • Alat-alat rancakan gamelan
  • Peti-peti Klasik
  • Ukiran rumah-rumah adat di kudus, Demak, dan Gresik
  • Menciptakan gamelan yang dikenal dengan nama Gong Sekaten
  • Wayang kulit

Dalam artikel yang terbit di Jurnal Kajian Senin (Maret 2021) berjudul "Peran Sunan Kalijaga terhadap Bentuk Wayang Kulit Jawa" karya Aron B. Laki disebutkan, Sunan Kalijaga mampu menggunakan budaya Jawa menjadi media dakwah Islam dan wayang menjadi strategi utamanya.

"Beliau (Sunan Kalijaga) sangat mengetahui lakon-lakon (pewayangan) yang sering dipentaskan, tetapi beliau mengeluarkan makna dan pesan Hindu dari lakon-lakon tersebut, dan mengisinya dengan nilai-nilai Islam," tulis Aron B. Laki.

Lalu dalam buku "Kisah Wali Songo. Penyebar Agama Islam Di Tanah Jawa" (2011) karya Rahimsyah, dijelaskan bahwa Sunan Kalijaga pernah mengubah bentuk tokoh-tokoh wayang dari aslinya. Menurut cerita rakyat, yang sudah tersebar luas di masyarakat Jawa, pada akhir abad ke-15 saat Masjid Demak baru dibangun, untuk upacara pembukaan masjid tersebut Sunan Kalijaga menginginkan pertunjukan wayang.

Awalnya Sunan Giri menentang ide itu, lantaran semua bentuk wayang mirip seperti manusia dan hal itu tidak sesuai ajaran Islam. Kemudian, Sunan Kalijaga berinisiatif mengubah bentuk wayang.

Sejak saat itu semua tokoh wayang dipentaskan dengan tangan yang panjang sekali, sering menuju sampai ke lutut, dan dengan pinggang yang sangat kurus. Sehingga tidak mirip dengan bentuk manusia.

Ide Sunan Kalijaga itu membuat orang-orang beranggapan wayang lebih mirip raksasa. Bahkan para wali pun setuju hingga bentuk wayang seperti sekarang inilah yang kita saksikan.

Demikian itu profil Sunan Kalijaga, anggota Walisongo yang memakai wayang sebagai mediadakwah Islam di Nusantara. 

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI