Simon Leviev, Pria yang Dituduh Mencuri Jutaan Dolar Lewat Aplikasi Kencan

SiswantoBBC Suara.Com
Minggu, 13 Februari 2022 | 11:01 WIB
Simon Leviev, Pria yang Dituduh Mencuri Jutaan Dolar Lewat Aplikasi Kencan
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lebih dari 10 tahun sejak diciptakan pada 2011, Tinder telah menjadi aplikasi mencari teman kencan yang sangat populer di era digital. Namun, bagi sebagian orang, aplikasi tersebut adalah sarana yang tepat untuk melancarkan aksi penipuan.

Fenomena itu diceritakan dalam film dokumenter The Tinder Swindler yang dirilis layanan streaming Netflix, bulan ini.

Karakter utamanya adalah Simon Leviev, seorang pria yang dituduh melakukan penipuan dan mencuri jutaan dollar dari tiga perempuan yang dikencaninya.

Selama hampir dua jam, penonton dapat menyaksikan penuturan perempuan Norwegia, Cecilie Fjellhøy; perempuan Swedia, Pernilla Sjoholm; dan perempuan Belanda, Ayleen Charlotte.

Baca Juga: 5 Cara Terhindar dari Penipuan di Aplikasi Kencan, Waspadai Tanda-tanda Berikut

Baca juga:

Mereka mengisahkan awal perkenalan dengan Leviev melalui Tinder, bertatap muka, berkencan, dan berujung pada pemberian uang yang jumlahnya diperkirakan mencapai jutaan dollar.

Kisah ini awalnya dimuat surat kabar Norwegia, VG, pada Februari 2019. Tulisan tersebut memaparkan kesaksian ketiga perempuan yang mengklaim ditipu Leviev.

Leviev sendiri hingga kini bebas dan membantah telah mencuri uang dari ketiga perempuan itu.

Adapun Tinder dilaporkan telah menghapus akun Leviev pada aplikasi kencan tersebut.

Baca Juga: 4 Fakta Film The Tinder Swindler, Crazy Rich Palsu yang Beraksi di Aplikasi Kencan Raup Keuntungan Capai Rp 143 Miliar

Namun, siapa sebenarnya Simon Leviev dan apa yang diungkap dalam film dokumenter The Tinder Swindler ?

Dari Israel ke Eropa

Sebagaimana dilaporkan beragam media, termasuk surat kabar VG di Norwegia serta The Times of Israel, nama asli Leviev adalah Shimon Yehuda Hayu. Dia dilahirkan di Tel Aviv pada 1990-an dan berasal dari keluarga Yahudi ultra-Ortodoks.

Sangkut-paut Leviev dengan hukum pertama kali terjadi pada 2011. Saat itu, dia dituduh melakukan penipuan dan mencairkan cek milik majikannya.

Sebelum dapat dibekuk kepolisian Israel, dia kabur ke Eropa dengan melintasi perbatasan Yordania menggunakan paspor palsu. Di Israel, dia dijatuhi hukuman penjara selama 15 bulan secara in absentia.

Baca juga:

Selama beberapa tahun tidak ada jejak aktivitas Leviev. Pada 2015, dia ditangkap di Finlandia atas tuduhan penipuan setelah ada pengaduan dari tiga perempuan. Dia kemudian dijatuhi hukuman selama tiga tahun di penjara.

Pada 2017, dia kembali ke Israel dan mengubah namanya secara sah. Dia tak lagi bernama Shimon Yehuda Hayu, tapi Simon Leviev—nama yang belakangan membuatnya dikenal khalayak dunia.

Sejak mengubah namanya, seperti dipaparkan dalam film dokumenter Netflix, dia mulai menghubungi banyak perempuan melalui aplikasi Tinder dan ditengarai meminta uang kepada mereka demi mendanai kehidupan mewahnya.

Pada aplikasi Tinder, dia menyebut dirinya Simon Leviev, putra seorang miliuner terkenal yang kaya berkat penjualan berlian.

"Apa yang terjadi selanjutnya hampir seperti film 'The Truman Show'. Dia memperlihatkan bahwa dia punya pengawal pribadi dan terbang menggunakan jet pribadi," kata sutradara film dokumenter, Felicity Morris, kepada harian The Guardian.

Kedua aspek itu, yang dia pakai untuk memikat para perempuan sekaligus membangun citra sebagai putra miliuner, menebalkan kebohongan yang dia ulang setiap kali menghubungi korbannya melalui aplikasi Tinder.

Menurut ketiga perempuan dalam film dokumenter tersebut, beberapa saat setelah berkenalan melalui Tinder dan menjalin hubungan, Leviev mulai meminta uang karena mengaku punya masalah "keamanan". Dia selalu menyebut bahwa dirinya adalah putra miliuner yang perlu dikawal ketat karena punya banyak "musuh".

Ketiga perempuan itu, atas alasan masing-masing, memberinya uang dalam jumlah besar setelah dia berjanji akan menggantinya begitu dia dapat mengendalikan ancaman keamanan yang mengancam nyawanya.

Tentu saja, Leviev segera menghilang dan meninggalkan perempuan-perempuan ini dengan utang besar atau saldo tabungan nihil.

Cecilie Fjellhøy, salah sau korban Leviev, memutuskan mengambil tindakan. Ketika perempuan Norwegia itu sadar bahwa dia adalah korban penipuan, dia membeberkan pengalamannya kepada wartawan.

Setelah tulisan muncul di koran

Sesaat setelah tulisan yang mengungkap aksi-aksinya diterbitkan koran VG di Norwegia dan sejumlah surat kabar lainnya di Eropa pada Oktober 2019, Leviev berupaya kabur ke Yunani memakai paspor palsu.

Akan tetapi, dia ditangkap ketika mendarat di Athena dan diekstradisi ke Israel—tempat dia dijatuhi hukuman penjara selama 15 bulan dan didenda hampir US$50.000 (sekitar Rp717 juta) guna mengompensasi korban-korbannya.

Dalam wawancara dengan media setempat, Leviev selalu membantah mencuri uang dari perempuan-perempuan yang menuduhnya.

Dia dibebaskan dari penjara setela mendekam lima bulan di penjara karena pandemi virus corona.

"Mungkin mereka tidak suka menjalin hubungan dengan saya, atau mereka tidak suka dengan sikap saya. Mungkin saya mematahkan hati mereka," kata Leviev dalam wawancara dengan media Israel, Channel 12.

"Saya tidak pernah mengambil satu dolar pun dari mereka, perempuan-perempuan ini bersenang-senang saat bersama saya. Mereka bepergian dan melihat dunia menggunakan uang saya," tambahnya.

Meski bebas di Israel, Leviev digugat atas tuduhan penipuan di Inggris, Norwegia, dan Belanda.

Setelah film dokumenter mengenainya dirilis di Netflix, Leviev menutup akun Instagramnya. Namun, sebelum berpisah, dia mengunggah satu pesan terakhir.

"Saya akan membagikan kisah versi saya dalam hari-hari mendatang, manakala saya memutuskan cara terbaik dan terhormat untuk menceritakannya, baik bagi pihak-pihak terkait maupun bagi saya."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI