Tantangan Bisnis Media ke Depan, Cepat Adaptasi, Inovasi dan Kolaborasi

Chandra Iswinarno Suara.Com
Sabtu, 12 Februari 2022 | 13:39 WIB
Tantangan Bisnis Media ke Depan, Cepat Adaptasi, Inovasi dan Kolaborasi
Ilustrasi media. (Unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sebagai contoh, dari 15 model bisnis media yang diterapkan perusahaannya, model bisnis subscriber atau berlangganan tidak bisa diterapkan. Sementara 14 model bisnis media digital lainnya berhasil diterapkan.

“Artinya, banyak peluang dan model bisnis media digital ini. Kami terus bereksperimen mencari model bisnis media yang sesuai. Dari 14 model bisnis kami, lima besar pendapatan dari iklan langsung, iklan programatik, pendapatan dari platform global dan agregator, video player dan agency periklanan,” kata Suwarjono.

Model pendapatan media di Indonesia, menurut Suwarjono, sangat unik. Bila ada 200 media di Indonesia, bisa jadi model bisnis berbeda beda, tidak ada yang sama persis. Bahkan, banyak media digital di berbagai daerah, sumber pendapatan dari usaha lain, di luar bisnis media.

Menurutnya, ada 4 model media saat ini, yaitu media sebagai ekosistem yang masih mengandalkan publisher news sebagai model bisnis. Kedua, media yang bermain sebagai content provider untuk platform global, seperti Google, Facebook hingga agregator. Model ini, kendalinya tetap dipegang oleh platform global.

Ketiga, model media sebagai outlet. Media ini menggunakan media digital sebagai identitas brand, namun sumber pendapatan dari usaha yang lain. Keempat, media yang mengandalkan sumber pendapatan dari audiens, baik berlangganan ataupun berbayar.

“Kekurangan publisher adalah teknologi. Jika bisa membangun dan mengembangkan teknologi dan monetisasi sendiri, publisher akan mandiri. Ini menjadi PR bersama,” kata Suwarjono.

Rahayu menjelaskan selama ini bisnis media di Indonesia terperangkap pada satu paradigma, bahwa berita disajikan secara gratis kepada pembaca.

Menurutnya publik sudah mengetahui informasi apa yang mereka inginkan. Sehingga media massa perlu mengetahui kebutuhan pembaca dan menggunakan teknologi digital untuk membangun kepercayaan publik dengan informasi berkualitas.

“Basisnya adalah komunitas, dan mengetahui siapa yang dilayani. Kemudian engangement community,” kata Rahayu.

Baca Juga: IMS dan Suara.com Gelar Lokakarya Keberlangsungan Bisnis Media Lokal Bertajuk SMS Start up For Media Start Up

Saat ini teknologi baru memanjakan konsumen dengan selera individual, sehingga media harus menggunakan medium dan target pasar yang tepat dalam menyajikan sebuah konten.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI