Suara.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengubah nama kurikulum prototipe menjadi kurikulum merdeka.
Nadiem mengatakan kurikulum merdeka ini adalah bentuk penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum dalam kondisi khusus atau kurikulum darurat.
“Penyederhanaan kurikulum darurat ini efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19,” kata Nadiem dalam jumpa pers, Jumat (11/2/2022).
Dia menyebut kurikulum merdeka ini merupakan pilihan yang bisa digunakan sekolah, sementara kurikulum 2013 tetap bisa digunakan sesuai dengan kesiapan sekolah menerakan kurikulum baru.
Baca Juga: Mendikbudristek Nadiem Makarim Berharap Indonesia Dapat Menginspirasi Negara-negara Maju
"Jadi tidak perlu dipaksakan sama sekali, tidak perlu lagi khawatir sekolah-sekolah bahwa ganti menteri, ganti kurikulum. Itu artinya bukan karena sekolah tidak butuh kurikulum tapi dipaksakan secara cepat," ucapnya.
Menurut Nadiem, sedikitnya sudah ada 2.500 sekolah atau 31,5 persen sekolah yang sudah menggunakan kurikulum merdeka yang diklaim pembelajaran lebih sederhana, fokus, dan beban materi lebih ringan.
"Apa yang terjadi pada 31 persen sekolah ini? kita melihat learning loss-nya lebih sedikit. Sekolah yang menggunakan Kurikulum 13 mengalami learning loss lima bulan, mereka yang mengubah ke Kurikulum Darurat hanya mengalami learning loss satu bulan," jelas Nadiem.
Kurikulum Merdeka ini bakal diterapkan pada tahun ajaran baru 2022/2023 mulai dari TK hingga SMA bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka bertahap berdasarkan kesiapan masing-masing.