Kisah Pemuda Jadi Kaya Raya dalam Tiga Bulan Berkat Mata Uang Kripto

SiswantoBBC Suara.Com
Kamis, 10 Februari 2022 | 09:37 WIB
Kisah Pemuda Jadi Kaya Raya dalam Tiga Bulan Berkat Mata Uang Kripto
Ilustrasi Uang Kripto (Unsplash.com/Kanchanara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang pemuda 20 tahun yang menghasilkan jutaan dolar dari perdagangan mata uang kripto, langsung bergerak untuk menebar kebaikan kepada lingkungannya.

Dia mendirikan "bank makanan" agar lingkungan tempat dia dibesarkan tidak ada yang sampai kelaparan.

Hanad Hassan melakukan investasi sebesar US$50 (sekitar Rp700.000) dalam mata uang kripto tahun lalu. Dalam waktu tiga bulan investasinya bernilai US$1 juta(14,3 miliar)

Dia lalu memutuskan tidak lagi kuliah (DO) untuk fokus pada perdagangan di bidang itu dan menjadi miliarder.

Baca Juga: Kripto: Kisah Para Peretas Memburu Miliaran Bitcoin yang Hilang

Hassan kini ingin menggunakan sebagian kekayaannya untuk membantu sesama.

Baca juga:

Bisnis mata uang kripto yang dia dirikan untuk mendukung kegiatan amal telah meraup lebih dari £200.000 (Rp3,8 miliar) dan dia selanjutnya berencana mendirikan bank makanan di kota asalnya, Birmingham.

Meskipun dia telah sukses, Hassan tahu bahwa perdagangan mata uang kripto bukannya tanpa risiko. Bisnis ini rentan terhadap peretasan dan pada bulan Januari harga Bitcoin turun sebesar US$5.000 (Rp71,8 juta) menyusul pernyataan dari Bank Sentral AS.

Sejauh ini, dia berhasil menikmati sisi positifnya, walau baru menginjak usia 20 tahun tapi sudah mencetak kekayaan bersih hampir $8 juta (Rp114 miliar).

Baca Juga: Mengenal ASIX, Token Kripto Milik Anang Hermansyah

Di awal 2021, Hassan saat itu punya dua pekerjaan. Setiap akhir setiap bulan, dia memberikan sejumlah gajinya kepada orang tuanya di Birmingham, dan sisanya dia berinvestasi dalam mata uang kripto.

"Lima puluh dolar berubah menjadi US$500 tiga hari kemudian," kata Hassan tentang awal perjalanan bisnis keuangannya yang dimulai pada usia 19 tahun. "Dua hari kemudian, menjadi US$5.000."

Dia mengatakan saat itu menelepon orang tuanya untuk mendiskusikan apa yang harus dia lakukan selanjutnya, tetapi selama percakapan setengah jam itu, nilai investasinya meningkat lebih dari dua kali lipat.

"Ini uang gila," kata dia, seraya menambahkan bahwa dia memutuskan akan menjadi miliarder saat masih remaja.

Hassan lalu membeli sejumlah barang mewah, termasuk mobil Mercedes seharga £30,000 (Rp584 juta) dan sebuah apartemen di tengah kota.

"Tapi saya tidak ingin terlalu memanjakan diri sendiri. Saya juga ingin memanjakan teman-teman dan keluarga."

Hassan pun bukan dari keluarga kaya. Lahir di Somalia, keluarga Hassan meninggalkan negara Afrika itu untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi Hassan dan kelima adiknya.

Dia tiba di Kota Birmingham saat usia 14 tahun dan menganggap latar belakangnya itu "sederhana."

Ayahnya, Omar, berkata: "Saya mencoba membawa keluarga saya ke tempat yang lebih baik untuk memberi mereka kehidupan yang lebih baik yang tidak kami miliki di sana.

Kehidupan kami di Somalia sangat berbeda sekali dengan di Inggris. Ada banyak perang dan pertempuran yang terjadi, itu bukan tempat yang aman untuk melihat anak-anak Anda tumbuh dewasa."

Meskipun kini kaya raya, Hassan sadar banyak yang tidak seberuntung dirinya.

Dia dan temannya, Ahmed Mohammed, membuat bisnis mata uang kripto khusus secara bersama-sama, dan menyumbangkan semua keuntungan itu untuk amal. Kurang dari setahun sudah meraup lebih dari £200,000 (Rp4 miliar).

Sementara bisnis "itu membuat saya lebih puas," kata Hassan, dia juga ingin membantu dengan cara yang lebih langsung.

Untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana bisa membantu penduduk lokal, dia dan Mohammed bekerja sama dengan Imran Hameed, seorang pekerja amal yang mendirikan kelompok komunitas Bearded Broz dan bank makanan Salma di Smethwick, luar kota Birmingham.

Ada sekitar 2.200 bank makanan di Inggris dan pada tahun 2020, 7% dari total populasi negara itu telah mengaksesnya.

Sebanyak 15% dari total keluarga dengan anak-anak mengandalkan bank makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.

"Ini adalah pengalaman yang membuka mata, melihat langsung apa yang dialami orang-orang," kata Hassan.

"Ini memberi kami banyak ide - kami berharap dapat membantu banyak orang."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI