Suara.com - Belum lama ini, Pengiat media sosial Helmi Felis menyebutkan ‘Soekarno Pemimpin yang Gagal’ disalah satu cuitannya yang sempat menuai sorotan.
Melansir Terkini.id -- jaringan Suara.com, Helmi Felis melalui akun media sosial Twitternya mengaku tak seperti kebanyakan orang yang mengangumi Soekarno. Sontak, cuitan tersebut menuai berbagai reaksi baik dari kalangan netizen dan kelangan pihak, salah satunya politikus PDIP Budiman Sudjatmiko.
Melalui cuitan media sosial twitter, Budiman mengaku geram dan ingin bertemu dengan Helmi Felis.
"Saya ingin ketemu @helmifelis (dan saya yakin bisa ketemu)," ujarnya dari @budimandjatmiko.
Baca Juga: Orang Ini Sebut Bung Karno Pemimpin yang Gagal Membuat Indonesia Bersatu, Begini Penjelasannya
Lebih lanjut, ia mengatakan ingin bertemu dengan orang yang cara berpikirnya lebih terbelakang dari dirinya saat usianya kurang dari 7 tahun.
"Saya ingin jumpa orang yang cara berpikirnya lebih terbelakang dari saya saat usia saya kurang dari 7 tahun (saat itu nama Soekarno kukira nama adiknya kakekku)," ujarnya.
Budiman lantas menceritakan kisah masa lalunya saat dicap anti Orde Baru dan anti pembangunan.
"Dan setelah saya tahu Soekarno, saya saat itu melawan bahkan guru-gur yang memburuk-burukkan namanya. Resikonya? Saya dicap anti Orde Baru, anti pembangunan," ucapnya.
"Nah saya jadi ingin mengenang bagaimana cara berpikir orang yang tak tahu Soekarno untuk mengenang diriku sebelum usia 7 tahun," sambungnya.
Baca Juga: Omicron Meroket! Ini Daftar Bandara Tujuan Wisata Untuk WNI dan WNA: Soetta Tidak Termasuk
Sebelumnya Pegiat media sosial Helmi Felis, mengemukakan pendapatnya soal tokoh proklamator RI, Soekarno di dunia maya.
Bagi Helmi, Soekarno bukanlah salah satu orang yang dia kagumi seperti kebanyakan rakyat Indonesia. Tak hanya itu, lanjut Helmi, Soekarno dinilai menjadi sosok yang membuat Indonesia gagal bersatu.
"Soekarno bagiku salah satu pemimpin yang gagal membuat Indonesia bersatu, bahkan cenderung tercerai berai," ucapnya.
Dengan lantang, ia pun menyebut Soekarno tidak lebih dari seorang orator ulung, sementara sisanya bukanlah sesuatu yang dapat dinilai.
"Ada banyak orang kagumi beliau. Bagiku beliau hanya orator ulung, tidak lebih," terangnya.