Suara.com - Bocah berusia lima tahun di Maroko, yang terjebak di dalam lubang sumur selama empat hari, akhirnya menghembuskan napas terakhir, meskipun telah dilakukan pelbagai upaya menyelamatkannya.
Sebuah pengumuman dari kerajaan Maroko tentang kematiannya disiarkan tak lama setelah ia diangkat dari lubang sumur.
Tawaran menyelamatkan bocah bernama Rayan Oram itu tersiar ke penjuru negeri, dengan ratusan orang yang berkumpul di sekitar mulut sumur, dan banyak warga lainnya mengikuti drama penyelamatan secara daring (online).
Bocah tersebut terjatuh di kedalaman 32 meter di sebuah lubang sumur yang sempit. Proses evakuasi sempat terhambat karena kekhawatiran terjadi longsor.
Baca Juga: Kematian Bocah Rayan, Paus Fransiskus hingga Emmanuel Macron Ucap Kesedihan
Para penyelamat akhirnya membawa anak itu keluar dari lubang sumur pada Sabtu malam (05/02).
Tak ada keterangan yang diberikan pada saat itu mengenai kondisinya, melainkan sorak kegirangan para penyelamat saat bocah itu berhasil diselamatkan.
Baca juga:
- Relawan dan wartawan di balik penyelamatan 12 remaja dan pelatihnya di Thailand
- Gua Thailand: Seluruh korban terperangkap sudah diselamatkan
- Bocah berusia dua tahun terperangkap di sumur, ditemukan meninggal dunia
Di media sosial, orang-orang menggunakan hastag #SaveRayan, yang menjadi trending di negara itu, termasuk di dunia, sebagai ekspresi kegembiraan.
Tapi keadaannya langsung berubah menjadi kesedihan, saat pengumuman kematiannya dikumandangkan.
Baca Juga: Rayan Maroko Ditemukan Meninggal, Ucapan Duka Mengalir dari Tokoh Dunia
Pengguna twitter kemudian mulai memberi penghormatan dan ekspresi kedukaan menggunakan hastag yang sama.
"Keberanian Rayan akan tertanam dalam kenangan, dan akan menginspiransi kami," cuit pesepakbola AC Milan, Ismael Bennacer.
https://twitter.com/IsmaelBennacer/status/1490081305609920513
Di dalam unggahan Facebook, Presiden Prancis, Emmanuel Macron menulis: "Malam ini, saya ingin memberitahu keluarga Rayan dan warga Maroko, bahwa kita turut berduka cita bersama mereka."
Pengumuman dari Kerajaan Maroko menggambarkan kematian Rayan itu sebagai "kecelakaan tragis", sambil menambahkan: "Raja Mohammed VI telah menghubungi orang tua dari anak yang meninggal setelah jatuh ke dalam lubang sumur."
Raja menyampaikan belasungkawa terdalam dan kasih sayang yang tulus, tambah pengumuman tersebut.
Sebelumnya, ayah Rayan sedang memperbaiki lubang sumur pada saat anaknya jatuh Selasa pekan lalu. Dia mengatakan kepada media lokal di hari berikutnya, bahwa putranya telah terjatuh ke lubang, "saat itu saya sedang tidak memperhatikannya", lalu menambahkan "saya belum tidur sedikit pun."
Dipimpin oleh Direktorat Perlindungan Sipil Maroko, operasi penyelamatan di kota kecil bagian utara Tamorot, sekitar 100km dari kota Chefchaouen, dimulai pada Selasa malam (01/02).
Dalam rekaman video yang diambil pada Rabu, di dalam lubang tersebut, menunjukkan Rayan masih hidup dan sadar, tapi sejak itu tak ada kabar lagi mengenai kondisinya.
Tim penyelamat berusaha untuk memberikan oksigen, makanan dan minuman kepada bocah itu, tapi belum jelas apakah anak itu mampu mengkonsumsinya.
Kandungan tanah dari campuran batu dan pasir, membuat tim penyelamat khawatir akan bahayanya untuk memperlebar sumur.
Sebaliknya, sebuah buldoser digunakan untuk menggali di bagian sisi sumur.
Tim penyelamat kemudian mulai menggalinya secara horizontal untuk mencapai posisi Rayan. Sejumlah orang bekerja sepanjang waktu, menggunakan lampu tembak pada malam hari.
Operasi ini harus dihentikan beberapa kali untuk memastikan dinding sumur aman dari reruntuhan, dan tidak ada tanah yang masuk ke dalam sumur. Pipa besar juga digunakan untuk melindungi tim penyelamat dengan menyediakan jalur aman ke bagian poros.
Ratusan orang berkerumun untuk melihat proses evakuasi, melantunkan lagu rohani, berdoa, dan mengumandangkan "Allahu Akbar". Beberapa orang bahkan membuka tenda di dekat lokasi.
Seorang warga setempat, Hafid El-Azzouz mengatakan kepada AFP bahwa dia ada di sana untuk menunjukkan "solidaritas dengan anak ini, yang disayangi oleh warga Maroko dan dunia".
Peristiwa itu mengingatkan pada tragedi serupa di Spanyol pada 2019, di mana bocah berusia dua tahun meninggal setelah jatuh ke dalam lubang galian bor dekat kota Malaga.