Seni berfungsi sebagai instrumen politik untuk menyebarkan kemerdekaan Indonesia di dalam dan luar negeri.
Seniman Indonesia yang terlibat secara politik menggambarkan tema-tema seperti persahabatan, kepemimpinan, pertempuran bersenjata, semangat pemuda, dan militansi.
Upaya bersama rakyat Indonesia ini membentuk citra yang menentukan dari revolusi. Dalam pameran tersebut dipamerkan karya Trubus Soedarsono, S. Sudjojono, Otto Djaya, Basuki Abdullah, Hendra Gunawan, Kusuma Affandi en Henk Ngantung.
Ratusan objek dipamerkan Lebih dari 200 objek yang dipamerkan. Objek-objek itu merupakan barang pinjaman dari Australia, Belgia, Inggris, Indonesia, dan Belanda – yang menjadi saksi masa lalu yang penuh gejolak ini.
Pameran tersebut juga meliputi foto-foto dan dokumen-dokumen seperti poster dan pamflet yang disita oleh badan intelijen militer Belanda pada periode tersebut.
Barang yang dipamerkan adalah antara lain pinjaman dari Museum Affandi Yogyakarta, Galeri Nasional Indonesia, Dewan Kesenian Jakarta, Museum Seni Rupa Jakarta, Museum Komunikasi dan Informatika Jakarta, Museum Universtas Pelita Harapan Tangerang, Imperial War Museum London, Perpustakaan Nasional Australia, Tropenmuseum Amsterdam, Universitas Perpustakaan Leiden, Museum Bronbeek Arnhem, Arsip Nasional Belanda, Internationaal Instituut voor Sociale Geschiedenis Amsterdam, Museum Nasional voor Wereldculturen, Nationaal Militair Museum, serta koleksi pribadi dan keluarga.
Apa saja yang unik?
Sebelum pameran kurator Bonnie Triyana sempat "membocorkan" contoh objek yang yang dipamerkan. Salah satunya adalah baju bayi yang dibuat dari sampul buku berbahan tekstil.
"Zaman dulu saat zaman Jepang itu kan ada Kamp Interniran ya. Nah, Kamp Interniran ini adalah tempat penderita lepra, yang kemudian di masa Orde Baru digunakan juga sebagai penjara perempuan Plantungan' untuk perempuan-perempuan Gerwani.
Baca Juga: Bung Hatta: Proklamator Indonesia yang Hobi Baca Buku dan Punya Komitmen Kemerdekaan Tak Biasa
Si anak ini yang kemudian sekarang sudah tua menjadi ibu-ibu, waktu bayi sama orang tuanya dibuatkan pakaian, karena waktu itu ada kelangkaan kekurangan tekstil, dibuatkan baju dari sampul buku dan masih bisa dibaca judul bukunya, "Tarzan en Leeuwen Man atau Tarzan dan Manusia Singa," ungkap Bonnie.