"Sempat saya terpikir [isolasi di] hotel, tapi ternyata sudah banyak yang tidak menerima [pasien COVID]."
Hendry bersikeras memilih isolasi di rumah sakit karena khawatir jika nantinya ia tidak akan kebagian tempat karena rumah sakit kewalahan, seperti yang pernah terjadi saat masa puncak COVID-19 tahun lalu.
Terlebih lagi anak sulungnya memiliki gejala penyerta pneumonia dan kedua anaknya masih berusia di bawah lima tahun, sehingga belum bisa divaksinasi COVID-19.
Baru setelah belasan jam mencari rumah sakit, Hendry berhasil mendapatkan tempat di RSUD Cempaka Putih.
"UGD-nya pas pertama kami datang enggak begitu ramai, tapi semakin sore ke malam makin penuh," kata Hendry yang sempat diisolasi bersama pasien positif COVID-19 lainnya.
"Seram sih, di dalam [rumah sakit situasinya] lumayan mencekam. Di depan kami ada [pasien] yang napasnya megap-megap."
Menurut Kementerian Kesehatan, jumlah keterisian tempat tidur di rumah sakit mulai naik, seperti di Provinsi DKI Jakarta yang sudah mencapai 60 persen.
Orangtua khawatir dengan kelas tatap muka
Angka kasus yang diduga dipicu oleh varian omicron meroket saat Pemerintah Indonesia mulai melonggarkan beberapa aturan pembatasan di awal tahun 2022.
Salah satunya kebijakan sekolah untuk kembali ke kelas tatap muka di sejumlah daerah.
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Covid-19, Pemkab Tangerang Aktifkan Kembali Rumah Isolasi di Tiap Kecamatan
Hal ini membuat kekhawatiran bagi sejumlah orang tua, seperti Rodhial Falah.