Sejarah Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi, Penurunan Gaji Berujung Pemberontakan kepada Pemerintah Hindia Belanda

Rifan Aditya Suara.Com
Sabtu, 05 Februari 2022 | 13:11 WIB
Sejarah Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi, Penurunan Gaji Berujung Pemberontakan kepada Pemerintah Hindia Belanda
ilustrasi Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi (malahayati.ac.id)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Puncak Pemberontakan

Sejarah Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi yang dimulai dari tanggal 1 Januari 1933 ini semakin membesar karena pada 4 Januari 1933, Belanda melakukan kesalahan berupa membuat pesta untuk menenangkan para pemberontak. Pesta diadakan di kantin KNIL di Ulee Lheue, Aceh.

Trik Belanda adalah dengan cara menyediakan nona-nona Belanda dalam pesta tersebut dan menggunakan uang sebesar 500 Gulden untuk pelaut Indonesia. Para peluat ini menolak untuk hadir. Pada malam hari, Martin Paradja dan Gosal, bagian dari kelompok pemberontakan memilih untuk menguasai Kapal Tujuh Provinsi ketimbang bergabung dalam pesta. Martin Paradja dan Gosal berhasil menduduki kapal dan mengambil alih kapal.

Kemudian, keesokan harinya, pada 5 Februari 1933 pemimpin pasukan pemberontakan mengeluarkan siaran pers dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Belanda, dan Inggris. Inti dari siaran pers tersebut adalah bahwa kapal De Zeven Provincien telah diambil alih dan sedang bergerak ke Surabaya dengan tujuan yang sama yaitu memprotes pemotongan gaji. Hal itu menimbulkan kekalutan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda

Akibat dari peristiwa tersebut, pemerintah Hindia Belanda menjadi semakin ketat mengawasi gerakan tokoh nasionalis. Misalnya saja Sutan Syahrir dan Bung Hatta menjadi dibuang ke Boven Digul, sedangkan Soekarno dibuang ke Ende.

Demikian, nukilan sejarah Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi. Makanya setiap tanggal 5 Februari diperingati Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi ini sebagai salah satu hari besar.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI