Satgas: PCR Tetap Jadi Standar Tertinggi Diagnostik Covid-19 Apapun Variannya

Kamis, 03 Februari 2022 | 08:23 WIB
Satgas: PCR Tetap Jadi Standar Tertinggi Diagnostik Covid-19 Apapun Variannya
Seorang siswa peserta PTM di Kota Cimahi mengikuti tes PCR acak. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menegaskan alat tes Polymerase Chain Reaction tetap menjadi menjadi alat tes terbaik untuk mendeteksi virus Covid-19 apapun variannya.

Juru bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan tes PCR masih menjadi alat diagnostik tertinggi yang direkomendasikan oleh World Health Organization dan Center for Disease Control and Prevention untuk mendeteksi Covid-19.

"Termasuk di Indonesia, kembali saya tegaskan bahwa sampai saat ini PCR yang beredar masih efektif untuk mendeteksi orang yang positif Covid-19. Hal ini tentunya tidak terlepas dari cara kerja PCR, yaitu dengan mendeteksi materi genetik virus," kata Wiku.

Tes PCR bisa mendeteksi seseorang positif atau negatif Covid-19, jika positif sampelnya bisa langsung dites lanjutan dengan metode whole genome sequencing (WGS) untuk menentukan varian virus di dalamnya.

Baca Juga: Kenapa Whole Genome Sequencing Bisa Deteksi Varian Omicron? Begini Beda Cara Kerjanya dengan Tes PCR

"PCR bekerja dengan mencocokkan gen target PCR dengan kode genetik virus. Kode genetik virus ini ada yang mudah berubah karena seperti gen S yang menyandi spike atau tangan-tangan virus. Sedangkan gen yang cenderung tetap misalnya gen E dan N," kata dia.

PCR dapat terdiri dari satu atau lebih gen target. Namun, untuk PCR yang hanya memiliki 1 target gen S saja, kini sudah tidak direkomendasikan WHO. Karena, gen S virus sangat mudah berubah.

"Yang direkomendasikan WHO ialah PCR dengan lebih dari 1 target dengan target gen yang cenderung tetap," tuturnya.

Contohnya Omicron, membutuhkan upaya lanjutan menggunakan metode WGS dalam menentukan varian. Dikarenakan Omicron adalah varian dengan perubahan pada gen S yang sangat besar.

"Sehingga dengan PCR yang beredar saat ini tidak dapat mendeteksi gen S pada varian Omicron," kata Wiku.

Baca Juga: Sandiaga Uno Ancam Tindak Tegas Oknum yang Palsukan Tes PCR ke Turis Asal Ukraina

Jika menggunakan PCR dengan lebih dari 1 target gen pada Omicron, maka hasil yang dimunculkan adalah gen S tidak terdeteksi, sementara gen lain terdeteksi.

Lebih jelasnya, PCR dengan target gen S, N, dan E, hanya gen S yang tidak akan terdeteksi, sementara gen E dan gen N terdeteksi. Hasil seperti ini yang disebut sebagai S gene target failure.

PCR juga tidak dapat mengenali keseluruhan kode genetik virus satu per satu sehingga PCR tidak dapat pula mengenali atau membedakan varian virus.

"Oleh sebab itu, hasil SGTF pada PCR tidak dapat menjadi kesimpulan identifikasi suatu varian. Sehingga dibutuhkan upaya melalui metode pengujian WGS," kata Wiku.

Cara kerja WGS berbeda dengan PCR. Apabila PCR hanya dapat mengenali gen yang menjadi targetnya saja, WGS mengurutkan kode genetik virus satu per satu secara keseluruhan dari awal hingga akhir. Melalui kode genetik utuh tersebut varian dapat dikenali dan dibedakan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI