Suara.com - Viral pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG) dipakasa untuk karantina dengan fasilitas yang tak memadai.
Hal ini dinyatakan oleh pemilik akun @swimmin_dory melalui ungghan di Twitter.
"Twitter please do your magic, sedih banget dipaksa karantina di fasilitas yang enggak jelas, enggak higienis dan alur tidak clear @KemenkesRI @AdamPrabata @dr_koko28 @tirta_cipeng," ungkap akun tersebut.
Pada ungghannya ia menampilan beberapa potret fasilitas karantina yang ia dapatkan. Hotel yang ia tempati tak higienis, bahkan dinding atap sudah berjamur dan beberapa copot.
Kronologi
Pemilik akun Twitter tersebut menyatakan bahwa mulanya ia melakukan business trip ke Mojokerto dari Cilegon. Selang beberapa hari, ia melakukan tes PCR dan hasilnya negatif.
Namun kemudian ia sakit ringan dan akhirnya berinisiatif untuk kembali melakukan tes PCR.
"Karena enggak ada gejala, aku putuskan isoman di rumah. Bapak ibu di lantai bawah, aku lantai atas. Kondisi udah lengkap alat dan fasilitas terpisah. Udah konsul halodoc juga, dah tidur nyenyaklah jumat malem," ungkap @swimmin_dory.
Sayangnya keesokan harinya ia dihubungi pihak puskesmas untuk kembali di PCR bersama kedua orangtuaya. Namun ada pemandangan aneh di puskesmas yang ia kunjungi.
Baca Juga: Viral Wanita Bikin Prank Ingin Putus, Malah Syok Dapat Pengakuan Tak Terduga dari Pacar
Sebab ada polisi dan satgas yang menjaga.
"Pas kesana, tiba-tiba ada polisi, satgas covid, sama orang enggak jelas siapa, njemput aku buat ke Hotel Asrama Haji (HAH). Trus difoto-fotoin direkam-rekam, kenapa sih orang-orang ini," imbuhnya lagi.
Ia kembali menegaskan tak memiliki gejala apapun, badannya membaik sejak isoman di rumah.
"[Tapi] mereka enggak terima alasan apapun. Aku bilang fasilitas dirumah udah trpisah semua, mereka enggak peduli. Tetap wajib di HAH, aneh banget maksa? Padahal di peraturan kemenkes boleh isoman," ungkapnya.
Menurut akun @swimmin_dory, ia diacam jika tak mau karantina maka akan dijemput paksa. Bahkan ketika ia mengaku memiliki rumah kosong yang bisa untuk isoman, permintaannya tetap ditolak.
"Sampai rumah, pak RT dateng dong. Kayak udah dicegat gitu. Yaweslah mau enggak mau siap-siap packing jaga-jaga kalau diculik. Eh beneran akhirnya dijemput sama buanyak orang. Kok lucu malah berkumpul ramai-ramai. Dijemputnya pakai mobil bak satpol pp," imbuhnya lagi.
Tak mau naik mobil jemputan, ia akhirnya bersama sang ayah menuju HAH dengan sepeda motor.
Tempat Karantina Tak Layak
Sesampainya di tempat karantina, ia kaget dengan pemandangan hotel yang tak layak. Ruangan bau tikus dan lembap atap juga bocor di mana-mana.
Tak sampai di situ, penampakan kamar inap lebih membuatnya syok.
"Sampai kamar lebih shock lagi.Isinya kayak gini, kulkas ada tapi mati. Kloset ada noda coklat-coklat jijik dan bau banget," tambahnya.
Saat menjalani karantina, sampah hanya sehari sekali diambil hingga bau.
"Trus anehnya, kalau karantina dipaksa di fasilitas pemerintah kan berarti karena fasilitas kita enggak mumpuni ya, lha kok malah tambah kyk gini? Ini mah negatif covid trus positive herpes sama pes gimana," imbuhnya lagi.
Selain itu, tak ada tenaga kesehatan yang standby.
"Sempet ada yang ada keluhan di salah satu kamar. Di WA jam berapa, baru ditangani jam berapa. Gila padahal kan harusnya fasilitas lebih ready," ungkapnya.
"Ohya penting juga nih. Kan semua dikarantina tanpa pandang bulu ya di sini. Termasuk orang tua-tua yang sepuh banget dan pakai alat bantu jalan. Tapi liftnya rusak dong udah lama banget," tambahnya.
Tes PCR juga jadwalnya tak menentu dan hasilnya tak dikasih tahu.
"Sempet ada yang nanya di grup pun dibilang hasil PCR kita itu dirahasiakan," tulisnya.
Setelah curhatannya viral di media sosial, ia kembali menegaskan bahwa ia kecewa mengepa harus dipaksa karantina padahal ia punya tempat isolasi. Ia juga menyesalkan fasilitas yang terlihat belum siap untuk karantina.