KSP Kembali Tegaskan RS Hanya Untuk Pasien Covid-19 Yang Membutuhkan

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 01 Februari 2022 | 10:01 WIB
KSP Kembali Tegaskan RS Hanya Untuk Pasien Covid-19 Yang Membutuhkan
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Abraham Wirotomo. Foto: Kantor Staf Presiden
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo meminta masyarakat memprioritaskan layanan perawatan di rumah sakit (RS), untuk pasien COVID-19 yang benar-benar membutuhkan.

Hal ini disampaikan Abraham, terkait data 44 persen keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) COVID-19 rumah sakit di Jakarta, merupakan pasien tanpa gejala dan bergejala ringan.

"Per 30 Januari 2022, data dari 89 RS di Jakarta menunjukkan 44 persen pasien yang dirawat di RS masih yang tanpa gejala dan bergejala ringan," kata Abraham, dalam siaran pers, Selasa (1/2/2022).

Abraham menyampaikan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, RS diperuntukkan kepada mereka yang sakit sedang, berat, komorbid, dan lansia.

Baca Juga: 2 Ibu Hamil di Lombok Timur Diduga Terpapar Omicron

Sementara, bagi yang tanpa gejala atau OTG dan sakit ringan, diharapkan cukup melakukan isolasi mandiri atau isolasi terpusat jika tempat tinggal tidak memadai untuk melakukan isoman.

"Kalau mau melewati pandemi ini dengan baik, prioritaskan RS untuk mereka yang betul-betul membutuhkan. Jangan terlalu panik, gejala sedikit langsung ke RS," ujarnya.

Abraham menjelaskan, sesuai laporan WHO karakteristik varian Omicron berbeda dari varian Delta. Derajat keparahan Omicron juga lebih ringan.

Atas dasar itu, lanjut dia, pemerintah menggunakan pendekatan yang berbeda pula dalam menangani Omicron.

"Di tingkat hilir sosialisasi dan edukasi karantina mandiri secara masif akan dilakukan agar masyarakat memiliki pemahaman soal Omicron dan tidak panik berlebihan," terangnya.

Baca Juga: Jumlah Kasus Covid-19 Omicron di Indonesia Bertambah Terus Menjadi 2.980 Orang

Di sisi lain, kata Abraham, pemerintah akan melakukan kontrol ketat terutama pada daerah-daerah penyumbang kasus Omicron terbesar, agar peluang terjadinya transmisi lokal bisa ditekan dan dicegah.

"Melonjaknya jumlah kasus tetap menjadi perhatian serius pemerintah. Dan ini perlu kontrol ketat, agar transmisi lokal tidak semakin tinggi," katanya. (Sumber: Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI