Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat Non Aktif Belum Dipasang Police Line, LPSK: Sesuatu yang Aneh

Senin, 31 Januari 2022 | 16:40 WIB
Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat Non Aktif Belum Dipasang Police Line, LPSK: Sesuatu yang Aneh
Kapolda Sumut Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak dan Komnas HAM mengecek kerangkeng di rumah Bupati Langkat. [dok : Polda Sumut]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kerangkeng manusia yang ditemukan di rumah Bupati Langkat non aktif, Terbit Rencana Perangin Angin, belum dipasang garis polisi atau police line. Hal tersebut diungkapkan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) saat melakukan investigasi dan pendalaman terkait kasus tersebut.

Ketua LPSK, Hasto Atmojo, menyampaikan hal tersebut merupakan suatu keanehan. Dia pun melemparkan sebuah pertanyaan, apakah tempat tersebut belum dijadikan tempat kejadian perkara (TKP) oleh pihak kepolisian.

"Sampai beberapa waktu lalu kita lihat di media televisi, tempat ini belum dipasang police line oleh polisi. Apakah ini belum dijadikan sebagai TKP oleh polisi, saya kira sesuatu yang aneh," ungkap Hasto saat menyampaikan hasil investigasi di Kantor LPSK, Jakarta Timur, Senin (31/1/2022).

Atas hal itu, Hasto mendorong kepada aparat penegak hukum untuk segera melakukan tindakan yang diperlukan guna menetapkan apakah ini suatu tindak pidana atau bukan. Sebab, LPSK memandang telah terjadi dugaan tindak pidana yang seharusnya layak dan segera ditindaklanjuti oleh kepolisian.

"Bagi LPSK, tentu saja kami menunggu ada permohonan dari para saksi maupun korban, andaikata sudah ditetapkan secara demikian untuk mendapatkan perlindungan dari LPSK," kata dia.

Tiga Dugaan Tindak Pidana

Dalam hasil investigasi dan pendalaman, Hasto berkesimpulan jika ada dugaan tindak pidana dalam kasus tersebut. Dugaan tindak pidana pertama adalah menghilangkan kemerdekaan orang atau beberapa orang secara tidak sah.

Tindak pidana itu, kata Hasto, dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penghilangan kemerdekaan tersebut.

Dugaan tindak pidana kedua adalah perdagangan orang. Hasto menyebut, dugaan perdagangan orang itu berkaitan dengan pendayagunaan orang-orang yang berada di dalam kerangkeng untuk melakukan pekerjaan di kebun sawit atau perusahaan yang diduga dimiliki oleh Terbit Rencana Perangin Angin.

Baca Juga: Soal Kerangkeng Manusia, Komnas HAM Tagih Tawaran KPK untuk Meminta Keterangan Bupati Langkat Nonaktif

"Berkaitan dengan adanya pendayagunaan orang-orang yang ada di dalam sel ini untuk melakukan pekerjaan-pekrjaan di kebun sawit atau perusahaan yang dimiliki oleh terduga pelaku secara paksa dan barangkali tidak memenuhi aturan di dalan ketenagakerjaan," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI